Jantung Batu

CERPEN RISDA NUR WIDIA

Dan seperti yang acap terjadi, ketika aku bangun, terdapat makanan dengan lauknya yang lezat. Ruanganku pun menjadi rapi. Sayangnya, aku tidak tahu siapa yang membuat semua itu?

“Tapi aku pikir ia adalah perempuan?” Kataku seorang diri. “Tak ada seorang pria yang bisa memasak seenak ini.”

Keanehan-keanehan itu berlanjut sampai pada suatu sore, aku menemui kejanggalan lainnya. Sepulang kerja, aku mendengar tangisan dari dalam kamarku. Tangisan itu terdengar dari tenggorokan seorang wanita.

Aku menderap pelan untuk memastikan. Apesnya, ketika aku membuka ruangan kamarku, tangisan itu sudah berhenti. Aku hanya menemukan batu yang berdenyut beberapa kali untuk kemudian kembali membeku.
***
BEBERAPA hari lalu, aku sempat bertanya pada tetangga samping apartemenku mengenai seseorang yang sering datang ke ruanganku.

“Tak ada siapa pun,” ceritanya. “Tak mungkin semua itu dilakukan oleh tikus!”

Aku tak menemukan jawaban. Namun di suatu pagi, tanpa sengaja semuanya terkuak. Dimulai dari aku yang terbangun secara tidak sengaja karena ingin buang air kecil sekitar jam 5 pagi.

Aku mendengar suara langkah kaki dan kegaduhan lainnya di dapur. Lalu, aku mencium aroma bumbu-bumbu yang diracik. Aku melangkah pelan ke arah sumber kejanggalan itu. Aku menemukan seorang wanita cantik di dapur.

“Siapa kau?” Tanyaku hati-hati. “Bagaimana kau bisa masuk ke sini?”

Ia sempat ingin lari. Tapi ia seperti mengurungkannya. Kemudian, ia tersenyum dengan wajahnya yang manis dan berjalan ke arah meja. Ia menarik salah satu kursi dan duduk di sana.

“Duduklah di sini?” katanya pelan. “Maaf, sudah membuatmu risau beberapa minggu ini.”

Lihat juga...