Pengakuan

CERPEN POLANCO S. ACHRI

AKU adalah seekor ular putih yang berada di akuarium sebuah kebun binatang kota. Tepatnya, di area reptil dan amfibi.

Begitulah yang kutahu tentang tempat ini. Tempat yang membuatku sempat merasa muak dengan manusia, tapi hal itu hanya sesaat, karena setelahnya aku jadi bertanya-tanya: apa yang aku muakkan dari manusia?

Apakah karena mereka manusia, dan berbeda dengan aku atau hewan lainnya? Apakah aku muak karena mereka begitu banyak dan menjadikan aku tontonan? Atau karena apa?

Namun, makin lama pula, aku mulai tertarik pada manusia. Mungkin hal inilah yang manusia sebut sikap membenci tetapi mencintai. Mungkin begitu.

Sebelum masuk dalam akuarium ini —dan aku hanya bisa merasa, bahwa hal itu lama sekali— aku hanya tahu dan mengenal manusia sangat sedikit. Hanya dari kisah ular-ular tua yang kutemui dalam perjalanan masa mudaku.

Aku masih ingat saat seorang gadis memandangiku dengan kekaguman yang sangat luar biasa, dan beberapa saat kemudian datanglah seorang lelaki mendekatinya. Ah, mereka sepasang kekasih. Mereka memandangiku dan aku menduga mereka kagum, entah karena apa.

Sebelum aku menduga-duga, si lelaki segera mengajak si gadis untuk pergi dan dari raut wajahnya aku menangkap sedikit ketakutan. Ah! Mungkin dia teringat kisah Genesis. Kisah yang aku dengar dari temanku dulu.

Aku juga pernah menemukan orang yang menyentuh kaca akuariumku, padahal di sana sangat jelas tertulis: “Dilarang memegang kaca!” —dengan tanda seru! Namun, dia tetap saja menyentuhnya. Dan naluri memintaku mengikuti jarinya yang mengetuk. Dari raut wajahnya, aku melihat hasrat berkuasa. Entahlah, barangkali hanya dugaanku saja.

Lihat juga...