Delapan Anak di Sikka Positif Tertular HIV

Editor: Satmoko Budi Santoso

“Fenomena penyakit ini ibarat gunung es. Banyak sekali yang belum terungkap. Kebiasaan merantau dan berhubungan seks dengan pekerja seks komersil tanpa alat pelindung, menyebabkan banyak warga Sikka tertular virus HIV,” paparnya.

Yuyun Darti Baetal, staf KPA Kabupaten Sikka menyebutkan, pihaknya memang sangat gencar melakukan sosialisasi tentang bahaya penyakit AIDS di masyarakat, dan diperlukan pemeriksaan dini agar bisa diketahui status kesehatan sebelum terlanjur terkena AIDS.

“Memang kami terus melakukan sosialisasi termasuk membentuk beberapa kelompok Warga Peduli AIDS (WPA) di beberapa kelurahan di Kota Maumere. Adanya WPA membuat masyarakat semakin sadar memeriksaskan diri ke klinik VCT,” tuturnya.

Yuyun berharap agar pemerintah Kabupaten Sikka dan DPRD Sikka bisa mengalokasikan dana yang memadai untuk menunjang kegiatan KPA Sikka. Sebab pihaknya selama setahun hanya mendapatkan alokasi anggaran tidak lebih dari Rp1 miliar.

“Banyak program yang akan dilakukan. Namun karena keterbatasan dana, maka kami mengajak kerjasama dengan desa dan kelurahan agar bisa menggunakan dana desa dan kelurahan. Semakin banyak pihak yang peduli dan terlibat bisa menekan angka penularan HIV dan AIDS di Sikka,” sebutnya.

Saat ini, tambah Yuyun, KPA Sikka merupakan salah satu KPA yang paling aktif dan memiliki banyak kegiatan kreatif dan produktif di seluruh NTT, selain kota Kupang. Saat ini, KPA Atambua juga mulai gencar melakukan sosialisasi.

“Gencarnya sosialisasi dan penyadaran, memberi dampak kasus HIV dan AIDS di Sikka justru terungkap semakin tinggi. Sebab selama ini, banyak yang tidak mau memeriksakan diri. Adanya sosialisasi, perlahan warga sudah mulai memeriksakan kesehatan,” pungkasnya.

Lihat juga...