Pesantren Harus Didorong Lebih Berperan Bangun Bangsa
Jurnalis: Koko Triarko
Kedua, pesantren sebagai ujung tombak pendidikan budi pekerti. Bahwa, salah satu problem dalam kehidupan dan bernegara adalah moralitas. Betapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk membangun peranata masyarakat yang tertib dan bermoral.
Begitu pula, jika sebuah bangsa terjangkiti budaya-budaya yang tidak bermoral, seperti budaya kekerasan, budaya mencuri, narkoba dan lain-lain, sangat besar biaya yang harus dikeluarkan untuk merehabilitasi problem moral itu.
“Maka, keberadaan pesantren yang sejak awal menempa para generasi anak-anak didik dengan wawasan dan perilaku moral yang baik, sangat penting. Pesantren menjadi benteng moral bangsa dan harus dipertahankan fungsi itu sebagai penjaga moral bangsa. Melalui penguatan nilai-nilai agama, pesantren juga menjadi filter bagi nilai-nilai dari luar, yang tidak sejalan dengan budaya bangsa,” jelas Tutut Soeharto.
Ketiga, pesantren sebagai ujung tombak perbaikan masyarakat. Dalam hal ini, pesantren tidak hanya melakukan edukasi, namun para ustadz dan kiai juga melakukan dakwah keliling, mengajarkan nilai-nilai agama kepada masyarakat.
“Pesantren biasanya memiliki ikatan yang kuat dengan masyarakat. Karena itu, peran pesantren sangat strategis bagi bangsa, termasuk dalam ikut serta memajukan pembangunan,” katanya.
Keempat, pesantren sebagai pendorong perbaikan kualitas kepemimpinan bangsa. Hal ini terkait dengan pesantren sebagai investor pembangunan SDM dan ujung tombak pendidikan budi pekerti dan perbaikan masyarakat. Pesantren memiliki peran strategis dalam ikut serta memperbaiki kualitas kepemimpinan bangsa.
Peran itu, kata Tutut Soeharto, dapat dilakukan melalui politik praktis dan berkiprah melalui parpol, atau melalui keduanya, dalam peran dan tanggung jawab moral, agar masyarakat secara tepat mampu memanfaatkan pintu demokrasi secara benar, sehingga menghasilkan kepemimpinan yang berkualitas, yang akan melahirkan kebijakan berkualitas dan bermanfaat luas bagi masyarakat.