Soeharto Pahlawan, From Zero to Hero

Editor: Mahadeva WS

SOLO – Jasa besar Presiden ke 2 Indonesia, Jendral Besar H.M Soeharto, untuk bangsa dan negara tak pernah lekang oleh waktu. Hal inilah yang dirasakan Pecinta Soeharto Sejati (Citos) Indonesia, kala melihat sosok Soeharto, sebagai pahlawan from zero to hero.

“Saya kira kita semua warga Indonesia tahu, bagaimana diawal-awal kepemimpinan Pak Harto, dari sisa-sisa kemerdekaan hingga Orde Lama. Saat itu Amerika menawarkan kepada Indonesia bantuan senjata. Tapi apa yang diminta Pak Harto? Yang diminta justru beras untuk mencukupi kebutuhan rakyatnya,” ucap Ketua Umum DPP Citos Indonesia, Giyanto Hadi Prayitno, usai menggelar ziarah kemerdekaan, di Makam Astana Giribangun, Matesih, Karanganyar, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (18/8/2018).

Kepada Cendana News, Ketua Umum Citos Indonesia itu menjelaskan, diawal-awal pemerintahan Presiden Soeharto, kondisi Bangsa Indonesia belum sepenuhnya stabil. Stabilitas keamanan nasional, maupun kondisi lainnya belum tertata dan terjaga. Namun, dengan jiwa besar, Persiden Soeharto justru lebih memilih bantuan pangan untuk rakyat. “Kalau tidak salah bantuan beras yang diminta sekitar 4.000 ton dan itu untuk rakyat,” bebernya.

Sebutan from zero to hero yang disematkan kepada Jendral besar H.M Soeharto bukan tanpa alasan. Berbagai biografi menyebut, sosok Soeharto dilahirkan dan tumbuh dari kelurga petani dari daerah Kemusuk, Bantul, Yogyakarta. Hingga akhirnya, pria kelahiran 8 Juni 1921 itu, menjadi sosok sentral dalam Serangan Umum 11 Maret 1949 di Yogyakarta.

Tak hanya itu, dalam kurun waktu 32 tahun menjadi presiden, sosok Soeharto mampu menjadikan bangsa Indonesia sebagai negara yang maju dan stabil. Ekonomi tumbuh dengan pesat, pembangunan infrastruktur berjalan secara menyeluruh. Program-program pemerintahan juga tertata dengan baik. “Tak heran jika Pak Harto sangat dicintai oleh rakyatnya karena memprioritaskan kepentingan rakyat,” tegas Giyanto.

Lihat juga...