Menilik Pidato Kenegaraan Presiden Soeharto Jelang HUT Kemerdekaan RI
Editor: Satmoko Budi Santoso
“Kita harus terus mendorong ekspor non-migas, yang menjadi motor penggerak yang makin penting bagi ekonomi kita dan sekaligus menentukan kemantapan neraca pembayaran internasional dalam jangka panjang,“ paparnya.
Presiden Soeharto mengimbau masyarakat harus tetap waspada agar pinjaman-pinjaman tidak lunak, khususnya pinjaman komersial luar negeri, tidak melampaui batas-batas yang aman.
“Ini semua adalah rambu-rambu yang perlu kita perhatikan dalam mengemudikan bahtera ekonomi kita di tahun-tahun mendatang,“ ungkapnya.
Menurut Pak Harto, keberhasilan melewati berbagai tantangan itu menunjukkan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia terus bertambah mantap.
“Selama ini, melalui berbagai program pembangunan, kita telah mencurahkan tenaga dan pikiran untuk menciptakan perekonomian yang makin seimbang, yang dimotori oleh industri yang berdaya saing tinggi dengan struktur yang makin dalam dan dilandasi oleh basis kegiatan ekonomi yang makin luas dan tersebar merata,“ urainya.
“Kita juga berusaha keras untuk membangun ekonomi yang makin tidak tergantung pada minyak bumi,“ imbuhnya.
Mengenai pertumbuhan ekonomi, dikatakan Pak Harto, bahwa laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam tahun 1991 memang melambat dibanding dengan dua tahun sebelumnya.
“Dalam tahun 1991, ekonomi kita tumbuh dengan 6,6%. Laju pertumbuhan ini masih sangat memadai, dilihat dari segi internasional maupun dari segi pengalaman kita sendiri di masa lampau,“ simpulnya.
Dari contoh ketiga pidato kenegaraan itu, dapat disimpulkan Presiden Soeharto menguasai berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa. Cakupannya sangat luas dan lengkap, mulai dari ekonomi, politik, sosial, budaya, dan ketahanan nasional.