Menilik Pidato Kenegaraan Presiden Soeharto Jelang HUT Kemerdekaan RI
Editor: Satmoko Budi Santoso
“Tingkah laku dan budaya politik baru bersuasana kekeluargaan dan lebih bermartabat itu akan kita kembangkan terus. Kita berharap agar dalam Sidang Umum MPR mendatang, terutama dalam menetapkan GBHN 1988, arah dan ciri budaya politik demikian makin jelas terwujud,” tuturnya.
Di bidang ekonomi, Presiden Soeharto mengingatkan bahwa Indonesia masih tetap menghadapi tantangan dan ujian berat, meskipun dalam tahun 1987 ada tanda-tanda bahwa keadaan ekonomi Indonesia tidak seberat tahun lalu.
“Tantangan pokok dalam jangka pendek adalah mengusahakan penerimaan devisa sebesar-besarnya dan harus menggunakan devisa itu setepat-tepatnya untuk mendukung pembangunan, khususnya menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya,“ imbaunya.
Presiden Soeharto mengakui, harga minyak bumi di pasaran dunia akhir-akhir ini membaik dan berada di atas 18 dolar/barel, namun tingkat harga itu tampaknya disebabkan oleh faktor-faktor bersifat sementara, sehingga perlu waktu untuk mengamati lebih lanjut.
“Dalam pada itu harga berbagai komoditi ekspor lain di pasaran dunia masih tetap lemah, walaupun ada tanda-tanda cenderung membaik,“ ujarnya.
Pidato kenegaraan pada tanggal 15 Agustus 1992, sebagaimana dilansir dalam http://www.soeharto.co mengutip buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, yang ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta, Tahun 2003, bahwa Presiden Soeharto menyoroti tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang memadai.
Presiden Soeharto antara lain menyampaikan rasa syukur karena dalam tahun 1991/1992 perekonomian berhasil mengatasi ujian dengan selamat.