Menilik Pidato Kenegaraan Presiden Soeharto Jelang HUT Kemerdekaan RI

Editor: Satmoko Budi Santoso

SETIAP menjelang perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI, Presiden Soeharto selalu menyampaikan pidato kenegaraan di depan sidang paripurna DPR. Pidato yang menjadi tolak ukur, pedoman dan barometer perkembangan, dinamika dan kemajuan yang dicapai bangsa dan negara Indonesia.

Dalam pidato kenegaraan pada tanggal 16 Agustus 1975, sebagaimana dilansir dalam http://www.soeharto.co mengutip buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Antara Pustaka Utama, Jakarta, 2008, bahwa Presiden Soeharto mengawali tentang sejarah perjuangan.

Menurut Pak Harto, sejak semula disadari, bahwa usaha untuk memberi isi kepada kemerdekaan masih merupakan perjuangan yang panjang.

“Arti sesungguhnya dari kemerdekaan adalah, bukan hanya kemerdekaan politik, tapi dengan kemerdekaan itu kita mengurus diri sendiri untuk mencapai cita-cita kehidupan bangsa yang kita anggap baik,“ paparnya.

“Sebagian dari kita telah hidup lumayan, sebagian lagi hidup berkecukupan. Tetapi sebagian besar dari rakyat kita masih terus berjuang untuk mencapai kehidupan yang lebih pantas,“ imbuhnya, mengingatkan masih banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Dalam pidatonya, antara lain, Presiden Soeharto menegaskan tentang Orde Baru sebagai tatanan segala kehidupan rakyat, bangsa dan negara yang meletakkan kembali kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945.

Presiden Soeharto kemudian menguraikan berbagai permasalahan mengenai KTT ASEAN, Hubungan dengan RRT, Timor Portugis, dan Ketahanan Nasional.

“Masalah ketahanan nasional merupakan faktor yang sangat penting dalam pembangunan bangsa. Sejarah kita yang lewat menunjukkan bahwa karena kita masih memiliki titik rawan dalam ketahanan nasional, maka kita mengalami serentetan gejolak-gejolak sosial dan politik dalam bermacam-macam bentuk dan dengan segala akibat-akibatnya,” ujarnya.

Lihat juga...