Budi Laksono, Dokter Relawan Dirikan Rumah Cepat Korban Gempa
Penulis: Makmun Hidayat
Berdasarkan pengalaman membantu penduduk setelah Tsunami 2004, dokter Budi Laksono telah secara aktif berpartisipasi dalam menguraikan solusi ini. Rumah AB-6 adalah rumah kecil satu ruangan, terbuat dari peralatan konstruksi standar yang dapat bersumber secara lokal dan mudah dibangun dengan biaya ringan. Konstruksi cukup kuat untuk bertahan selama beberapa bulan hingga satu tahun.
“Dalam manajemen bencana klasik, kami masih fokus dalam bantuan darurat. Ini tentang pelayanan kesehatan karena cedera dan patah tulang dengan pendekatan klinik rumah sakit,” sebut Budi.
Budi menjelaskan, selama ini perlindungan cepat terhadap korban bencana dilakukan dengan mendirikan tenda dan setelah bulan 3 hingga 6 bulan dalam tahap rehabilitasi, pemerintah membangun tempat penampungan sementara seperti barak. Setelah setahun hingga 3 tahun rumah itu kemudian baru dibangun. Alasannya adalah anggaran yang tidak disediakan dengan mudah.
Menurut Budi, tinggal di tenda itu tidak nyaman setelah enam hari. “Pengalaman saya di Aceh disaster, saya dapat merasakan sendiri bahwa tinggal di tenda tidak nyaman. Berdasarkan ini dan juga pengalaman kami di shelter box rotary yang menyediakan tenda yang terkadang tidak murah, saya mempromosikan rumah yang cepat dan mudah,” sebutnya.
Rumah itu dibuat dari kayu atau material lokal. Diperbaiki dengan baik sehingga tahan terhadap gempa. Pengembangnya adalah pengungsi dalam kelompok enam orang dan harga material tidak lebih Rp6 juta. Dan untuk membangun rumah ini hanya membutuhkan waktu 6 jam saja. Itulah mengapa konsep rumah Budi dinamainya: Rumah AB-6.
“Dengan sistem akuntansi berputar, akuntansi biaya, kami merencanakan dan membeli bahan,” tutur Budi seraya berharap harga bahan-bahan bangunan di Lombok masih dapat terjangkau dalam kisaran angka Rp6 juta sebelum akhirnya ia juga turut memeriksa harga dan ketersediaan bahan di lapangan.