Perempuan Pedesaan yang Mengabdikan Hidup untuk Pertanian
Editor: Satmoko
LOMBOK – Bagi sebagian besar perempuan pedesaan, khususnya perempuan yang telah menyandang status sebagai ibu rumah tangga, berangkat pagi, pulang menjelang petang, bekerja menggarap lahan pertanian, merupakan aktivitas keseharian yang biasa dilakukan.
Hampir setiap hari, tiada hari tanpa liburan bekerja menggarap sawah dan bercocok tanam aneka tanaman pertanian, mulai dari padi, tembakau, sayuran, hingga tanaman pertanian lain.
Rutinitas tersebut dijalankan ibu-ibu dan perempuan pedesaan penuh semangat dan tanpa mengenal lelah, dengan harapan selain bisa memenuhi kebutuhan keluarga, juga bisa memperbaiki kondisi perekonomian menjadi lebih baik.
“Kalau kita perempuan yang hidup di pedesaan, terutama ibu rumah tangga, aktivitas setiap hari ya begini, berangkat pagi pulang siang, kadang petang, bergumul dengan lumpur, garap lahan pertanian,” kata Mindri, warga Kabupaten Lombok Tengah, Sabtu (21/4/2018).
Mindri mengaku, bekerja menggarap lahan pertanian bahkan telah dilakukan sejak dirinya masih muda, sehingga bekerja bercocok tanam ke sawah memang telah menjadi rutinitas yang biasa dilakukan.
Di usianya yang semakin senja, Mindri mengaku masih tetap rajin bekerja menggarap lahan pertanian yang dimiliki dan tidak mau hanya berpangku tangan di rumah, selama badan dan tenaga masih kuat.
“Mungkin karena sudah terbiasa bekerja, sehari saja di rumah tidak ke sawah bisa pusing dan badan bisa terasa sakit,” katanya.
Pengakuan sama juga diungkapkan Setah, petani Lombok Tengah, bahwa aktivitas menggarap lahan pertanian menjadi rutinitas yang biasa dilakukan bersama warga lain.
“Kalau orang seperti kita yang hanya tamat SD, apa yang bisa dikerjakan, selain bekerja menggarap lahan setiap hari, sambil sekali waktu menjadi buruh ke sawah tetangga, dengan upah Rp20 ribu sampai siang,” tutur Setah.