JUMAT, 31 MARET 2017
MATARAM — Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, industri perfilman atau sinematografi di Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan yang cukup pesat. Perkembangan tersebut terlihat dari tumbuh suburnya industri perfilman yang tidak saja digarap rumah produksi dari Production House (PH), juga dari kelompok independen anak muda, pecinta sinematografi yang tumbuh dan berkembang di seluruh Indonesia.
![]() |
Penulis skenario dan pembuat film sekaligus sutradara film perempuan Sasak Terakhir, Muhammad Nursandi |
“Membuat film bagi sebagian orang, terutama anak muda pecinta sinematografi, telah menjadi bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan, bukan karena dorongan mencari keuntungan komersil semata, bahkan telah menjadi hobi hingga sebagai media menyampaikan kritikan dan pesan kemanusiaan,” kata penulis skenario dan pembuat film Nusa Tenggara Barat (NTB), Muhammad Nursandi kepada Cendana News, Kamis (30/3/2017).
Kemajuan dunia perfilman sekarang ini bahkan tidak saja dari sisi tema, tapi juga perlengkapan teknologi digital yang digunakan, jauh lebih cepat, sehingga dari sisi kualitas sekarang juga jauh lebih baik dibandingkan film era tujuh puluhan yang hanya berupa layar tancap.
Dari sisi tema misalkan, dunia sinematologi di Indonesia sekarang ini jauh lebih tematik dan kreatif dibandingkan dengan era tujuh puluhan, termasuk penataan konsep simatografi dan penyutradaraan lebih berkualitas.
“Film Ainun Habibie, tenggelamnya kapal Van der Wijick dinilai sebagai film yang tematik sekali, bagaiman sutradaranya lihai menggarap film tersebut, sehingga mampu menarik minat dan antusiasme masyarakat untuk menonton dan laku di pasaran,” sebutnya.