Budi Laksono, Dokter Relawan Dirikan Rumah Cepat Korban Gempa
Penulis: Makmun Hidayat
Rumah Cepat Keluarga, Rumah AB-6 pertama akhirnya berdiri kokoh, ditempati masyarakat Dusun Jugil Barat, Desa Sambik Bangkol, Gangga, Lombok Utara.
Perkembangan terbaru, pada Jumat (17/8/2018) telah terbangun 44 rumah di camp 1 dari rencana semula 20 pintu.
“Alhamdulillah, di camp 1 sudah terbangun 44 rumah. Bahkan kini masuk ke camp 2, sudah jadi 54 rumah dari rencana 20 rumah,” jelas Budi seraya bersyukur karena Rumah AB-6 Nomor 1, pada hari pertama pindah sudah langsung bisa buka toko kelontong.
Ia berharap, semoga 17 Agustus ini, para pengungsi korban gempa Lombok, merdeka dari ancaman hujan yang ditakutkan. “Insha Allah, besok juga diselesaikan mobile station of drinking water, juga fasilitas disposal amphibian latrine, jamban sehat untuk pengungsi yang bisa dipakai dengan air maupun tanpa air,” paparnya.
Kepedulian dokter Budi Laksono terhadap korban gempa rupanya juga mendapat simpati dari mancanegara. Salah satunya dari seorang kawan di Belgia, Hans Snellings.
Budi pun memaparkan kepada Hans. Tiga gempa bumi besar telah menyebabkan kerusakan sevre di Pulau Lombok. Lebih dari 250 orang tewas, setidaknya 270.000 orang kehilangan tempat tinggal, ribuan bangunan hancur. Rumah sakit telah memindahkan pasien mereka ke tenda karena takut akan gempa susulan lainnya.
Rumah Sakit HSF/HZG tanpa frontier menyalurkan peralatan darurat medis dan hospi untuk mendukung tim medis setempat, dan juga menawarkan solusi portabel untuk pemurnian air.
Rotarian lokal, dokter Budi Laksono, dari Rotary Club Semarang, itu datang ke NTB untuk membantu memberikan pertolongan pertama perawatan medis darurat, dan melihat langsung untuk mendukung penduduk setempat membangun rumah-rumah kecil secara mudah dan cepat bersumber tenaga lokal yang dapat dibangun oleh 6 orang dalam waktu 6 jam dengan biaya kurang lebih Rp6 juta: Rumah AB-6.