Budi Laksono, Dokter Relawan Dirikan Rumah Cepat Korban Gempa

Penulis: Makmun Hidayat

Dalam catatan Budi, di waktu pagi tercatat ada pasien 12, dan pada sore hari 39 pasien. Klinik ketemu dokter Budi di stop begitu waktu rehat, dan dimanfaatkan Budi untuk menonton televisi.

Di hari yang sama, material rumah datang di siang harinya. Tak lupa, Budi mengungkapkan terima kasih kepada relawan IKA Undip yang turut membantunya sejak penjemputan.

Malam pun tiba, dokter Budi berbaur dengan para pengungsi pria, melantunkan nyanyian malam gelap di camp pengungsi Jogil, Gangga, Lombok Utara.

Tibalah pembangunan Rumah AB-6. Budi menjelaskan, pada pertama masuk lokasi, masyarakat sudah berinisiatif membuat barak umum dekat jalan. Tetapi rupanya masih terkendala material. Mereka pun takut untuk mengambil kayu dan seng bekas lantaran belum dapat izin dari kepala desa setempat.

Lantas dokter Budi bersama yang lainnya keliling kampung untuk meyakinkan pendataan sudah dilakukan kepala desa setempat dan menemuinya untuk meminta izin agar seng bekas boleh digunakan oleh warga.

“Ada 187 keluarga di sini. Semangat gotong royongnya kuat sehingga insha Allah, sebanyak mungkin rumah terbangun. Lokal wisdomnya adalah membuat rumah. Inputnya dari kami adalah sket per keluarga. Karena di camp ini bisa bulanan dan tahunan untuk dapat jatah rumah seperti dijanjikan, itu mesti menunggu,” jelas Budi.

Untuk itu, lanjut Budi, keluarga korban gempa harus disatukan dalam rumah. Ia pun mendorong keluarga korban untuk memulai kehidupannya.

“Mereka sudah seminggu ini buat rumah, tapi belum baik juga karena terbatas material. Karena konsep rumah barang komunal, akhirnya mereka mau menerima konsep kami, rumah keluarga. Mereka mau membongkar dan mulai membangun rumah AB-6 yang kita sarankan, per keluarga dirapikan,” tuturnya.

Lihat juga...