Serangan Oemoem 1 Maret, Pertempuran Terakhir Mengusir Penjajahan di Indonesia   

Oleh: NOOR JOHAN NUH*

Agresi Militer Belanda Kedua

TANGGAL 19 DESEMBER 1948, pukul 06.00, Wakil Tinggi Mahkota Belanda, Mr. Beel membatalkan secara sepihak Perjanjian Renville—pukul 06.45,   tentara Belanda melakukan penyerangan ke Ibukota Perjuangan Yogyakarta melalui lapangan terbang Maguwo—membombandir lapangan terbang dan menerjunkan pasukan memakai parachute.

Perlawanan TNI untuk menghadang gerakan pasukan Belanda dari lapangan terbang Maguwo ke Yogyakarta tidak terlalu besar karena konsentrasi pasukan berada di barat Yogyakarta.

Agresi Militer Belanda kedua sesungguhnya sudah diperkirakan oleh pimpinan TNI, karenanya telah dikeluarkan Perintah Siasat no 1 pada bulan Juni 1948, namun tidak diperhitungkan bahwa tentara Belanda menyerang melalui lapangan terbang Maguwo, sementara pasukan TNI lebih dikonsentrasikan di sebelah barat kota Yogyakarta, siap menghadang pasukan Belanda yang datang dari arah Jakarta dan Bandung serta sebelah utara menghadang dari Semarang.

Dalam buku “Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya”, Pak Harto yang pada waktu itu sebagai Komandan Brigade X Yogyakarta menuturkan:

“Yang ada di kota pada waktu itu hanya satu kompi, Kompi Pengawal Presiden. Maka praktis pada waktu penghambatan terhadap serangan Belanda dari Maguwo terus ke kota itu hanya dilakukan oleh satu kompi saja, yakni kompi pengawal pribadi saya. Saya menyadari tugas yang berat itu dalam keadaan tanpa pasukan. Saya masih berusaha menghambat pasukan musuh yang bergerak. Maksud saya memberi kesempatan kepada Pemerintah di kota, agar supaya mengungsi dan melakukan bumi hangus. Tetapi ternyata yang mau mengungsi hanya Pak Dirman dalam keadaan sakit, setelah satu paru-parunya dibedah belum lama berselang.”

Lihat juga...