Serangan Oemoem 1 Maret, Pertempuran Terakhir Mengusir Penjajahan di Indonesia
Oleh: NOOR JOHAN NUH*
Kedua, menyerahkan Daerah Swatantra Yogyakarta kepada Pemerintah Republik Indonesia, sehingga secara yuridis beliau tidak lagi mempunyai kekuasaan dan tanggung jawab atas daerah Yogyakarta kecuali keraton. Ini adalah pengorbanan yang beliau lakukan demi persatuan Republik Indonesia yang mempunyai arti teramat penting.
Ketiga, ketegasan sikap dan dukungan Sri Sultan yang berdiri di belakang perjuangan pemerintah Republik Indonesia dalam satu pengumuman resmi, luar biasa besar dampak positif bagi Republik Indonesia, dan kerugian dipihak Belanda.
Keempat, sebagian dari kekayaan pribadi dan keraton, karena jelas sekali Pemerintah Republik Indonesia yang baru merdeka tidak mempunyai uang, disumbangkan untuk perjuangan Republik Indonesia. Almarhum Ibu Rahmi Hatta hingga akhir hayatnya masih menyimpan “uang gaji sebagai Wakil Presiden” dari Sri Sultan, sebagai kenang-kenangan dan bukti sejarah.
Kelima, tanpa menghiraukan kemungkinan pembalasan dari pihak Belanda atas diri dan tahtanya, bujukan dari pihak Belanda yang ingin mempegaruhi Sri Sultan supaya sudi ikut pemerintah Belanda, ditolaknya mentah-mentah.
Keenam, pada waktu agresi militer Belanda kedua, Kolonel Van Langen mencurigai adanya pejuang di keraton Yogyakarta dan berusaha masuk memeriksa keraton. Sri Sultan ke luar pintu gerbang keraton dan mengatakan kepada Van Langen dalam Bahasa Belanda; “Kalau kamu mau injak-injak keraton saya, langkahi dulu mayat saya.”
Kolonel Van Langen terkejut mendengar ucapan Sri Sultan yang begitu tegas namun ia tidak dapat berbuat apa-apa karena tahu persis bahwa Sri Sultan adalah teman dekat Ratu Belanda dan penyandang pangkat Jenderal Mayor Tituler dari Kerajaan Belanda.