Serangan Oemoem 1 Maret, Pertempuran Terakhir Mengusir Penjajahan di Indonesia   

Oleh: NOOR JOHAN NUH*

Dari tempat ini kemudian diadakan evaluasi hasil konsolidasi dan diambil keputusan bahwa pada sektor-sektor yang telah dikunjungi, diangkat seorang perwira penanggung jawab yang memiliki kemampuan untuk mengadakan serangan terhadap pos-pos Belanda.

Pembentukan Wehrkreise & Memulai Serangan

Tanggal 26 Desember 1948, Panglima Divisi III Kolonel Bambang Sugeng mengeluarkan surat perintah no 1/HD/1948, tentang pengangkatan Komandan Brigade X Letnan Kolonel Soeharto sebagai Komandan Wehrkreise (wilayah pertempuran) III.

Sulitnya komunikasi waktu itu hingga surat itu baru diterima awal Januari 1949. Akan tetapi, sesuai dengan surat itu maka disusun kembali sektor-sektor yang telah dibentuk, disesuaikan dengan struktur Wehrkreise (WK)—Sektor menjadi Sub Wehrkreise (SWK).

Sektor  Selatan  diganti  menjadi  SWK  102  dipimpin Mayor Sardjono. Sektor Barat menjadi SWK 103 dipimpin Letnan Kolonel Suhud, dan SWK 103 A untuk bagian jalur jalan Yogyakarta-Sleman-Tempel, dipimpin Mayor VN Sumual.

Sektor Utara menjadi SWK 104 dipimpin Kapten Sukasno. Sektor Timur menjadi SWK 105 dipimpin Mayor J Sujono. Dan Sektor Kota menjadi SWK 101 dipimpin Letnan Marsudi. Untuk Kulon Progo diberi nama SWK 106 dipimpin Letnan Kolonel Sudarto.

Serangan Oemoem Pertama

Setelah konsolidasi dan koordinasi dengan semua SWK dapat dijalin, Letnan Kolonel Soeharto mulai menyusun rencana serangan. Serangan pertama dilakukan tanggal 29 Desember 1948, pukul 21.00, melalui Sektor Selatan yang diperkuat Batalyon Sarjono, dilakukan serangan terhadap pasukan Belanda di sekitar Kantor Pos Besar, Secodiningratan, Ngaben, Patuk, Sentul dan Pengok. Keesokan harinya, didapat berita bahwa pihak Belanda menderita sejumlah korban akibat penyerangan itu.

Lihat juga...