Serangan Oemoem 1 Maret, Pertempuran Terakhir Mengusir Penjajahan di Indonesia   

Oleh: NOOR JOHAN NUH*

Dalam penuturan di memoarnya, Nasution yang pada waktu itu menjabat sebagai Panglima Komando Jawa, secara implisit mengakui bahwa Serangan Oemoem 1 Maret 1949, sepenuhnya atas keputusan Komandan Wehrkreise III – Brigade X Letnan Kolonel Soeharto. Ini sesuai dengan telah ditetapkan sistem Wehrkreise (daerah pertempuran)—memberi wewenang kepada Komandan Wehrkreise untuk mengambil inisiatif  sesuai dengan keadaan dan kemampuan masing-masing pasukan yang mereka pimpin.

Bunga Pertempuran

Dalam buku; “Kisah perang kemerdekaan – PAK DIRMAN MENUJU SOBO – oleh: Roto Soewarno (Roto Soewarno adalah anak Lurah Pakis Baru, tempat yang menjadi Markas Gerilya Jenderal Soedirman), Jenderal Besar A.H. Nasution menuturkan:

Letnan Jenderal Spoor datang bersama Mayor Jenderal Meier ke Yogya sebagai tanda pentingnya peristiwa Serangan Oemoem 1 Maret itu. Kita ketahui kemudian dari fihak Belanda, bahwa mereka betul-betul tertimpa pendadakan. Karena tanggal 28 Februari telah terjadi infiltrasi suatu pasukan TNI sampai alun-alun, tapi dipukul mundur oleh Belanda. Rupanya komandan satuan TNI mengira sudah tanggal 1 Maret. Maka itu Belanda tidak mengira bahwa tanggal 1 Maret itu akan terjadi serangan besar-besaran.

Bahwa tentara Belanda kejepit terbukti dari fakta bahwa dari Magelang  datang 2 batalyon ke Yogya untuk  membantu,  dan juga benteng lama sebentar mereka kosongkan. Waktu Komandan Brigade X Letnan Kolonel Soeharto berkunjung ke posko saya—saya katakan—saya tidak menduga bahwa sekian besar jumlah pasukan yang bisa dikerahkan sekaligus. Itulah salah satu pembuktian telah mantap posisi gerilya kita.

Lihat juga...