Serangan Oemoem 1 Maret, Pertempuran Terakhir Mengusir Penjajahan di Indonesia   

Oleh: NOOR JOHAN NUH*

Namun tidak dapat dinafikkan peran dari penduduk yang membantu sepenuhnya Serangan Oemoem tersebut. Sepanjang jalan besar dan kampung-kampung, penduduk menyediakan logistik di rumah masing-masing. Hal ini sekaligus membuktikan peran Sri Sultan Hamengku Buwono IX dalam Serangan Oemoem itu dimana rakyat Yogyakarta sangat taat pada Ngarso Dalem.”

Sikap Republiken Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamenku Buwono Senapati Ingalaga Ngadurrachman Sayidin Panatagama Khalifatullah Kaping IX, dikenal dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, memiliki jasa yang luar biasa besar dalam merawat kemerdekaan Indonesia.

Salah satu sebab kegagalan Belanda menjajah Indonesia kembali adalah karena salah memperhitungkan sikap Sri Sultan. Belanda memperkirakan Sri Sultan akan bersikap kooperatif dengan Belanda seperti Sultan Hamid II misalnya.

Sri Sultan sejak dari kecil dididik secara Belanda dengan diindekoskan pada keluarga Belanda—sejak taman kanak-kanak mengikuti pendidikan di sekolah Belanda. Belanda memperkirakan Sri Sultan sudah terkontaminasi karakter Belanda, kultur Belanda, mencintai Belanda.

Tidak diperhitungkan  atau diperkirakan bahwa ternyata jiwa raga Sri Sultan sangat “republiken tulen”. Jasa Sri Sultan pada Republik Indonesia sangat luar biasa besar dan tidak akan terhapus dalam sejarah antara lain.

Pertama, dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tanggal 19 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX mengirim kawat kepada Presiden Soekarno, mendukung sepenuhnya kemerdekaan Republik Indonesia, dan menyatakan “Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat” adalah bagian dari Republik Indonesia. Dari banyak kerajaan di Indonesia pada waktu itu, hanya Sultan dan Sunan Yogya yang merespon positif proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Lihat juga...