Serangan Oemoem 1 Maret, Pertempuran Terakhir Mengusir Penjajahan di Indonesia   

Oleh: NOOR JOHAN NUH*

Dari Sektor Timur, Pasukan SWK 105 dipimpin Mayor Sujono menyerang pasukan Belanda di Tanjungtirto dan lapangan terbang Maguwo. Serangan ini untuk mencegah bantuan tentara Belanda ke Yogyakarta dari arah timur.

Sesuai dengan perintah Letnan Kolonel Soeharto, tujuan serangan SWK 105 adalah untuk mengikat dan menekan pasukan Belanda dalam kedudukannya,  tidak dapat bergabung dengan induk pasukannya di Kota Yogyakarta.

Dari Sektor Utara, Pasukan SWK 104 dipimpin Mayor Sukasno, menyerang pasukan Belanda di bekas MBT, pos pasukan Belanda di Gondokusuman. Penyerangan ke pasukan Belanda yang ada di Hotel Merdeka tidak berjalan mulus karena tertahan oleh brencarrier Belanda yang bergerak dari arah Malioboro.

Dari luar kota, Pasukan SWK 106 dipimpin Letnan Kolonel Sudarto, mengikat kedudukan pasukan Belanda di Jembatan Bantar, yang terletak di perbatasan pasukan SWK 103, 103 A dan 106.

Letnan Kolonel Sudarto menekan kedudukan pasukan Belanda dari arah Barat dan Timur, sejak Serangan Oemoem dimulai pukul 06.00 sampai pukul 12.00, sehingga pasukan Belanda tetap terpaku di Jembatan Bantar, tidak dapat bergerak untuk membantu pasukan Belanda yang sedang terkepung di Yogyakarta.

Sedang Komandan Wehrkreise III Letnan Kolonel Soeharto ikut langsung dalam kancah pertempuran, menerobos sampai Alun-alun Utara dan Kantor Pos, berhasil ke jalan utama di Yogyakarta, Malioboro.

Keberhasilan Serangan Oemoem ini tidak terlepas dari peran dan kegiatan yang dilakukan oleh Pasukan SWK 101 dipimpin Letnan Satu Marsudi. Pasukan SWK 101 mengerahkan kekuatan sektor-sektornya untuk membantu pasukan lain yang datang dari luar kota. Antara lain menyiapkan para pemuda sebagai penunjuk jalan, me-nyediakan konsumsi.

Lihat juga...