Kau, Diabetes, dan Vertigo

CERPEN RIFAT KHAN

Aku tersenyum dan membukakan roti tawar padamu. Memberimu selembar saja.

“Tanpa susu, mana bisa enak makan beginian,” kau nyeletuk. Seakan kau tak pernah menganggap gula dan sejenisnya itu adalah musuh bagimu.

“Serius mau pakai susu?” Aku bertanya. Kau hanya mengangguk, kemudian kuberikan satu kaleng susu itu. Kau tersenyum dan menuangnya ke atas selembar roti tawar tadi. Selepas makan, kau kembali menyuntikkan insulin itu di perutmu. Tak tanggung-tanggung, kau mengatur dosisnya sampai 18 mg.

“Apa tak berlebihan?” tanyaku.

“Gula darahku kan masih di atas 500, jadi nggak apa-apa. Aku naikkan sendiri saja,” kau tertawa saat mengatakan itu.
***
HARI terus saja berjalan, setiap pagi kau akan duduk di halaman rumah. Merasakan cahaya matahari yang panas namun terasa lembut.

“Sinar matahari baik bagi tubuhku. Agar kolesterol jahat yang menggumpal ini terbakar,” ujarmu.

“Kau sudah sarapan?” Aku menatapmu.

“Aku bosan. Menunya itu-itu saja,” katamu.

Aku terdiam. Memang menu yang mesti kamu makan itu-itu saja, kalau tidak roti tawar, kentang rebus, paling sering ya ubi.

“Sesekali aku ingin makan daging ayam. Bila perlu satu panggangan. Aku juga sangat ingin makan rawon, bebalung…” Kau menatap jauh saat bicara. Tanpa memandangku. Tapi kau tahu, makanan-makanan itu sangat berbahaya bagi tubuhmu. Makanan itu bisa saja menaikkan gulamu secara drastis atau meninggikan kadar kolesterol di tubuhmu.

Kau kembali bicara sendiri, “Aku menjadi takut untuk melakukan hal-hal kecil, Han. Kematian selalu memenuhi pikiranku akhir-akhir ini. Aku takut sendirian dalam gelap, semua seperti bergoyang, itu sebabnya lampu kamar tak pernah kumatikan. Aku takut ke kamar mandi, bisa saja aku terpeleset jatuh dan tubuhku kaku. Stroke dan hidupku sangat sia-sia. Habis di kursi roda dan mati dalam kebosanan.

Lihat juga...