Lamang Panggang Jajanan ‘Tradisional’ Kecil tapi Memuaskan
PADANG — Jajanan tradisional di ranah Minang, Provinsi Sumatera Barat, sepertinya tetap mampu bertahan dari gumparan masuknya berbagai jenis makanan modern. Hal tersebut terlihat dengan masih banyak kuliner daerah yang dijual di sejumlah warung kelontong, toko, dan bahkan swalayan.
Salah satunya yakni lamang panggang atau disebut juga disejumlah daerah di Sumbar lamang golek. Golek merupakan bahasa Minang yang apabila diterjemahkan ke bahasa Indonesia artinya tidur atau rebah. Sementara jika bagolek artinya berbaring. Namun, jajanan tradisional lamang golek itu, lebih umum dikenal orang di Minang dengan sebutan lamang panggang.
Di Minangkabau, terutama di daerah Kabupaten Pesisir Selatan, lamang panggang tidak hanya dijadikan jajanan tradisional, tetapi juga turut menjadi salah satu kebutuhan adat, yang disebut dengan ‘maantakan’ lamang golek bagi pengatin yang baru saja selesai melaksanan pesta pernikahan.
Jadi kue-kue yang terdapat dalam maantakan lamang golek itu, ada kue buluh, kue sangko, onde-onde, lamang biasa dan lamang goleknya. Untuk itu, dalam membuat jajanan lamang panggan ini, sudah tidak menjadi rahasia lagi.
Berdasarkan keterangan dari Desi, seorang ibu yang memiliki dua orang anak dan juga pernah membuat lamang panggang, mengatakan, membuatnya melewati proses yang cukup panjang. Bahan-bahan yang disediakan ialah beras ketan putih, parutan kelapa tua, gula merah, santan kepala, dan duan pisang. Bahan-bahan yang digunakan pun terbilang tradasional dan tanpa ada bahan-bahan yang siap saji.
