Perahu Rusak, Nelayan Pantai Minang Rua, Rugi

Kerusakan perahu dampak dari gelombang tinggi diakuinya rata-rata mencapai satu juta hingga lima juta rupiah per nelayan. Terutama perahu-perahu nelayan ukuran besar yang tidak sempat dipinggirkan terkena benturan dengan batu-batu karang yang ada di tepi pantai. Perbaikan segera dilakukan oleh para nelayan ungkap Sarmin dengan melakukan pemeriksaan pada bagian perahu yang rusak diantaranya bagian haluan, buritan dan lunas yang harus menjalani proses penambalan.

Salimin dibantu nelayan setempat menarik bagan dari perairan untuk ditepikan ke pinggir pantai menghindari tersapu gelombang. [Foto: Henk Widi]
Selain Sarmin, nelayan lain bernama Usman mengakui, kerusakan pada perahu yang ada di pantai Minang Rua mengakibatkan nelayan menganggur selama hampir sepekan lebih. Namun beruntung sebagian besar nelayan yang berprofesi mencari ikan di perairan Selat Sunda merupakan petani pekebun sehingga memiliki penghasilan tambahan dengan menjual hasil panen perkebunan berupa kakao, kelapa dan cabe jawa.

Usman bahkan menyebut belum berencana akan melaut mengikuti imbauan dari Dinas Kelautan dan Perikanan setempat yang melarang sejumlah nelayan untuk melaut dan sementara menghentikan aktivitas melaut menunggu kondisi cuaca membaik.

“Kami memperhitungkan faktor keselamatan daripada nekat melaut malah celaka akhirnya kami gotong royong mengangkat perahu ke daratan untuk menghindari resiko perahu dihantam ombak,” beber Usman.

Selain nelayan pemilik perahu tradisional pemilik bagan apung bernama Salimin (40) bahkan mulai menarik bagan apung yang berada di teluk Minang Rua berjarak sekitar setengah mil dari bibir pantai bersama tiga nelayan lain. Tujuannya memperbaiki kerusakan pada bagian pelampung dari drum (blong). Selain bagan apung miliknya masih ada sebanyak enam bagan di wilayah perairan tersebut namun ia menyebut justru beruntung bagan yang masih berada di perairan karena kerusakan justru lebih minim.

Lihat juga...