LAMPUNG — Langkah positif remaja dusun Sumbersari, desa Pasuruan, kecamatan Penengahan, Lampung Selatan, dalam melestarikan tradisi, khususnya kesenian musik asal Yogyakarta, daerah asal para orang tua dan leluhur dilakukan setiap akhir pekan.

Pada tahap awal latihan musik yang dikenal dengan gamelan untuk karawitan serta campursari tersebut, hanya diikuti oleh lima orang. Namun, akhirnya antusiasme remaja lain terus bertambah tiap pekan.
Firman mengungkapkan, meski musik-musik modern dengan keberadaan gitar, keyboard yang sudah marak ada di zaman sekarang tidak mengurangi semangat para remaja desa Pasuruan yang hingga Oktober pekan kedua tahun 2017 tercatat hampir 20 anak remaja aktif mengikuti latihan. Namun, karena kesibukan kuliah, sekolah dan kerja sebagian berlatih menyesuaikan waktu senggang agar tidak berbenturan dengan aktivitas lain.
“Awalnya kami sepakat ingin membentuk kelompok musik yang anggotanya remaja atau anak muda, karena kesenian tradisional kuda kepang serta musik modern organ tunggal juga sudah ada di dusun Sumbersari”, terang Firman, Sabtu (14/10/2017) malam.
Pelestarian kesenian musik gamelan tersebut dilakukan karena rasa keprihatinan Firman dan rekan-rekannya akan aktivitas remaja yang cenderung negatif, ugal-ugalan di jalan raya serta kegiatan negatif lain. Melalui kegiatan berlatih gamelan setiap akhir pekan dimulai sejak pukul 19.00 WIB, serta terkadang Rabu malam serta hari lain semakin meningkatkan kemampuan para remaja memainkan alat musik yang cukup beragam, mulai dari gong, kenong, canang serta alat musik pukul lainnya.