Sebelum proses latihan, Firman dan rekan-rekannya terlebih dahulu mendapat teori dari sang pelatih, Rukun Haryoto, yang berasal dari Sleman, Yogyakarta, dan ikut melestarikan musik tradisional gamelan di wilayah tersebut dengan Paguyuban Keluarga Yogyakarta (PKY). Selain teori dari pelatih, Firman dan kawan-kawannya juga kerap berlatih dari internet terkait lagu-lagu dan cara memainkan gamelan.
Krisman, salah satu pelatih yang juga menyukai alat musik tradisional jenis gamelan mengaku sangat mengapresiasi aktivitas positif remaja di desa Pasuruan yang memilih menekuni berlatih alat musik gamelan dibandingkan aktivitas lain. Ia bahkan dengan giat mendampingi dan sekaligus melatih para remaja tersebut, agar semakin antusias. Selanjutnya bisa melakukan perfomance atau berani tampil dalam kegiatan ulang tahun desa atau iven lain.
“Latihan dasar hingga memainkan berbagai lagu dengan iringan musik gamelan memang harus terus dilatih, agar kesenian tradisional ini tidak punah, terutama remaja yang merupakan keturunan dari Yogyakarta”, terang Krisman.
Rukun Haryoto mengatakan, butuh kesabaran dalam melatih anak-anak remaja memainkan alat musik gamelan yang berbeda dengan alat musik modern dalam hal nada serta cara memainkan. Setelah mendapat pelatihan secara rutin sebagian besar remaja yang ikut berlatih gamelan setiap akhir pekan tersebut mulai bisa memainkan berbagai lagu dalam iringan musik gamelan, di antaranya Asmorondono, Gugur Gunung serta lagu-lagu Jawa lainnya.
Selain para remaja yang gemar berlatih, sebelumnya anak-anak usia SD dan SMP juga pernah mengikuti aktivitas latihan musik gamelan sebagai kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Selain itu, sebagai pusat dari Paguyuban Keluarga Yogyakarta, Rukun Haryoto menyebut latihan rutin bagi orang dewasa juga dilakukan setiap Minggu malam dan Rabu malam.