Mengenal Dalamnya Filosofi Budaya Bali di TMII
Di tengah-tengah halaman anjungan ini dibatasi dengan pagar memanjang, di mana terdapat pintu masuk berupa Candi Gelung sampai ke halaman dalam (jeroan). Konsepnya, jelas Wayan, ada utama mandala, madya mandala, dan nista mandala. Yang tengah namanya, Puri Agung, difungsikan untuk keluar masuknya prosesi keagamaan dan juga untuk menyambut tamu terhormat. Di depannya terdapat patung Rama dan Lakmana yang diambil dari cerita Ramayana.
Patung Rama terletak sebelah kanan sebagai lambang kebijaksanaan, dan sebelah kiri adalah patung Lakmana melambangkan keramah-tamahan. Maka, kata Wayan, setiap orang yang masuk di anjungan Bali ini harus disambut dengan ramah taman dan bijaksana.
Adapun di atas Puri Agung, terdapat patung Kalaboma yang berwajah serem. Kala, kata Wayan, artinya waktu, sedangkan Boma itu mengandung arti muka atau wajah. Patung itu pun yang terlihat wajahnya saja.
“Tapi Kalaboma itu adalah melambangkan kesuburan, yang filsafatnya barang siapa yang tepat akan waktu, dia hidupnya akan sukses dan makmur. Sebaliknya, kalau tidak tepat waktu, dia akan serem taringnya akan panjang dan matanya melotot. Orang itu akan ditelan oleh waktu,” ungkapnya.
Berikutnya, di halaman dalam terdapat Balai Rangki sebagai tempat penyimpanan kelengkapan upacara keagamaan. Di sampingnya adalah Balai Gede, yang difungsikan sebagai tempat tinggal orang tua dan untuk merayakan upacara siklus manusia sejak di dalam kandungan sampai akhir hayatnya.
Seperti upacara nujuh bulan, upacara menstruasi bagi wanita, memohon kepada Dewi Ratih supaya anaknya mengikuti jejak Dewi Ratih, yakni feminim selayaknya perempuan.