Mengenal Dalamnya Filosofi Budaya Bali di TMII
“Patung Basuki adalah penyimbang alam semesta, dan patung Anantaboga mengandung filosofi sumber pangan yang tak habis-habisnya,” jelas pria kelahiran Bali 59 tahun ini.
Adapun di atas gapura, lanjut dia, terdapat patung Hanoman dan Hanggada, diambil dari kisah Ramayana. Hanoman adalah pengabdi abadi terhadap Dewa Rama. Hanoman ini juga menjadi Maskot TMII. “Candi Bentar ini melambangkan budaya Bali dan keramahan-tamahan masyarakat Bali,” jelas Wayan.
Memasuki areal anjungan, terdapat Balai Bengong, tepatnya pada bagian kiri halaman, yang rindang dengan pepohonan. Bale Bengong ini, dikatakan Wayan, berfungsi sebagai tempat berangin-angin atau melihat suasana sekitarnya.
Sebelah kanan halaman, terdapat Balai Wantilan. Menurut Wayan, setiap desa di Bali memiliki balai tersebut yang difungsikan untuk aktivitas sosial, misalnya rapat bulanan warga, kegiatan karang taruna, dan pesta budaya.
Di anjungan ini, Balai Wantilan difungsikan untuk pelatihan tari Bali, makanya di bale tersebut tersaji ragam patung tari. Seperti patung tarian Panji, Kijang Kencana, dan Kupu-Kupu.
Adapun di sebelah kiri halaman sejajar dengan Balai Benggong, tampil sebuah bangunan bernama Balai Marajan atau sanggah, yakni tempat bersuci keluarga, dan juga difungsikan untuk rapat keluarga atau rapat upacara besar. Balai Marajan ini untuk mempersiapkan sesajian.
“Sembilan puluh lima persen masyarakat Bali itu agamanya Hindu, dan kesehariannya tidak lepas dari upacara. Karena kerangka agamanya, taqwa atau filsafat, etika (susila), dan ritual (upacara). Filsafatnya harus bisa diterima oleh masyarakat umum, seperti Tri Hita Krana yang sudah dijabarkan tadi, masyarakat dunia juga telah mengakui,” ungkap Wayan.