Manifesto September dari Jenderal Gatot ini juga membuat seluruh masyarakat beramai-ramai untuk mengadakan nonton bareng film G30S/PKI. Banyak sekali masjid yang juga mengadakan nonton bareng. Para Ketua RT juga banyak yang bertekad mengadakan nonton bareng. Banyak sekali ormas Islam yang mengadakan nonton bareng bersama Koramil dan Kodim setempat. Banyak sekali Pesantren yang merayakan nonton bareng dengan mengumpulkan ribuan santrinya. Film G30S/PKI yang sempat berhenti tayang lebih dari satu dasawarsa itu, sekarang diputar kembali di beberapa stasiun televisi. Banyak sekali anak-anak muda belasan tahun yang menjadi penasaran dan menonton film G30S/PKI di Youtube serta berbagai media sosial lain.
Dengan membuat gerakan nonton bareng, Jenderal Gatot tidak perlu berupaya membuat penyuluhan ke seluruh wilayah Indonesia atas kekejaman dan pengkhianatan PKI pada G30S/PKI 1965. Nonton Film lebih efektif daripada penyelenggaraan diskusi. Karena, tidak semua orang suka penyuluhan dan diskusi. Lebih banyak orang menyukai dongeng dan pertunjukan daripada penyuluhan, diskusi, dan membaca buku. Apalagi, sebagian besar masyarakat Indonesia bukanlah masyarakat literasi, melainkan masyarakat menonton. Sejak dahulu kala, masyarakat Indonesia lebih suka menonton wayang daripada harus membaca Kitab Mahabharata , Ramayana, maupun Bhagawadgita.
Artinya, di berbagai zaman, media kebudayaan yang bisa ditonton, jauh lebih efektif sebagai sarana pendidikan dan perubahan pola pikir masyarakat daripada harus melakukan penyuluhan di berbagai kelas. Sebagaimana efektifnya peran studio film Hollywood di Amerika, Bollywood di India, serta berbagai sentra produksi film dunia yang dijadikan alat efektif dalam mendidik dan memberikan penguatan ideologi masyarakat. Kesadaran atas pentingnya film sebagai sarana pendidikan ini, sangat disadari dalam benak Gatot Nurmantyo. Harus kita akui, dengan strategi pemutaran film G30S/PKI ini, Jenderal Gatot adalah komunikator yang ulung dan seorang Guru Bangsa yang cukup cerdas dalam mematahkan anasir yang membahayakan Bangsa Indonesia.