OLEH THOWAF ZUHARON
Betapa tolol jika ada yang protes dan marah, ketika Jenderal Gatot Nurmantyo memerintahkan seluruh prajuritnya untuk membuat nonton bareng film G30S/PKI! Ingat, Jenderal Gatot hanya memerintahkan anak buahnya. Tak ada perintah atau imbauan Jenderal Gatot untuk nonton film kepada rakyat Indonesia. Hanya kepada prajuritnya!
Jadi, ketika berbagai masyarakat ikut-ikutan membuat kegiatan nonton bareng film G30S/PKI, itu merupakan ruang diskursus yang lain. Itu hanya efek dari sebuah perintah manifestatif dari Jenderal Gatot kepada prajurit. Ketika gerakan Jenderal Gatot diikuti oleh masyarakat, berarti Jenderal Gatot memang mampu menjadi suri tauladan bagi masyarakat Indonesia. Apapun yang terjadi, mau dicerca atau disalahkan, Jenderal Gatot sudah berhasil meraih simpati dan empati sebagian besar masyarakat Indonesia yang mulai mengagumi dan mencintai Indonesia sebagai pemimpin. Ia sudah mendapat tempat di hati rakyat.
Anda tentu tahu, dalam teori sosiologi ada teori modeling. Teori seseorang yang meniru perilaku atau pemikiran orang lain yang dikagumi. Dalam konteks nonton bareng film G30S/PKI ini, Jenderal Gatot sudah berhasil menciptakan model untuk ditiru banyak orang. Ia sudah berhasil membuat arus pemikiran dan pendidikan bagi bangsa ini melalui film yang diproduksi pada masa orde baru.
Ketika ada yang mencerca gerakan Jenderal Gatot sebagai kepanjangan orde baru dan Pak Harto, maka pertanyaannya, kenapa masyarakat begitu spontan untuk menggelar nonton bareng juga? Jangan-jangan, ketika berbagai lapisan masyarakat ingin juga menonton film itu, masyarakat memang masih sangat merindukan berbagai model pemikiran dan kepemimpinan Pak Harto! Saya kira, Jenderal Gatot tidak peduli jika harus dicap sebagai antek orde baru.