Manifesto Pancasila Sakti Jenderal Gatot Nurmantyo

Pemerintah Amerika juga membuat film berjudul Casablanca (Amerika), untuk menanamkan semangat nasionalisme di Amerika. Film itu dibuat sebelum Amerika memasuki perang dunia ke II. Walaupun posisi Amerika masih netral, tetapi film ini bersimpati besar dengan pihak sekutu karena mereka berada di pihak yang kalah atau lemah. Amerika juga membuat film The Birth of a Nation, yaitu sebuah film tentang dua keluarga dari pihak berlawanan di zaman perang saudara Amerika, karena menceritakan momen penting sejarah Amerika.

Hitler pun membuat film The Triumph of The Will (Jerman), karena film bisa membawa pesan propaganda yang ampuh untuk mengikat emosi penonton dan berhasil. Bahkan, film bikinan Hitler malah dinobatkan oleh banyak kritikus film sebagai film propaganda terbaik sepanjang masa.

Terlepas dari berbagai polemik, sikap Panglima TNI atas perintah pemutaran film tersebut adalah cerminan sikap kesetiaan penuh Jenderal Gatot Nurmantyo atas Pancasila Sakti dan bentuk penghormatannya terhadap gugurnya Pahlawan Revolusi. Jenderal Gatot tanpa ragu menyatakan perang terhadap ideologi komunisme dan menolak seluruh anasir gerakan sebagian oknum yang melakukan pembelaan bahwa PKI tidak bersalah dalam G30S/PKI.

Bagi saya, gerakan nonton bareng atas film G30S/PKI yang dicanangkan oleh Jenderal Gatot adalah sebuah Manifesto (pernyataan terbuka tentang tujuan dan pandangan seseorang atau suatu kelompok) Pancasila Sakti yang sangat efektif dalam diskursus penguatan Pancasila kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya kepada generasi muda. Meskipun Jenderal Gatot hanya memerintahkan seluruh prajuritnya menonton film itu, tapi efek domino atas gerakan ini sangat luar biasa. Semua menjadi kelihatan, mana masyarakat yang membela PKI, mana yang berjiwa Pancasila. Tak ayal, kelompok yang merasa jengah dengan sikap maupun langkah Jenderal Gatot atas nonton bareng, langsung dituding oleh masyarakat sebagai golongan pembela PKI.

Lihat juga...