Menghafal Alquran dengan Cahaya Lampu Minyak

“Sebenarnya di daerah Langgai itu ada listriknya yang bersumber dari PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air). Namun, beberapa hari ini PLTA itu tidak berfungsi. Sementara saat ini pun PT. PLN tengah melakukan sejumlah proyek untuk mengaliri arus listrik ke daerah tersebut,” katanya.

Kendati hanya disinari secuil cahaya dari lampu minyak, Roni mengatakan 93 orang santrinya itu tetap bisa membaca ayat-ayat Alquran dengan lantang dan jelas. Untuk menerangi seluruh santrinya itu, Roni pun berupaya mengangkat lampu minyaknya dengan posisi yang lebih tinggi, hal ini tentunya akan menerangi lebih banyak santri dalam membaca Alquran.

“Saya hanya menggunakan satu lampu togok saja (lampu minyak). Sementara santri saya banyak, satu lampu togok tidak akan bisa menerangi 93 santri. Caranya saya bawa lampu togok itu, di saat saya mendatangi santri untuk saya lihat bacaan dari santri itu,” ungkapnya Roni, sembari tersenyum.

Profesi yang dilakoni oleh Roni merupakan sebuah program dari Kementerian Agama Pesisir Selatan, yang mana rasa pedulinya yang tinggi dalam hal mendidik anak-anak yang belajar Alquran merupakan kerja sukarelawan.

“Saya tidak menerima panghasilan dari profesi saya itu. Tapi, saya sangat menikmati atas apa hal yang saya jalani ini,” jelasnya.

Sebanyak 91 santri yang dididiknya Roni saat ini memang belum bisa menghafal ayat-ayat Alquran secara banyak, namun hanya diajarkan dengan menghafal ayat pendek. Bolak balik dari guru di Pondok Pasantren dan menuju ke Langgai menjadi guru mengaji sudah dijalaninya memang belum terlalu lama.

Roni mengakui, kondisi jalan merupakan hal yang paling berkesan dalam ingatannya saat menuju Langgai. Apalagi di daerah tersebut turun hujan, maka kondisi jalan yang masih tanah akan menguji keselamatan Roni dalam mengendarai sepeda motornya.

Lihat juga...