SABTU, 18 MARET 2017
JAYAPURA — Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI) Provinsi Papua, mencanangkan masyarakat gemar menanam cabai. Hal tersebut dilakukan mengingat harga cabai di Papua, khususnya di Kota Jayapura, saat ini melonjak hingga dari Rp180-200.000 per kilogram.
Ketua IPMEI Papua, Sri Suparni Bahlil menyerahkan bibit cabai |
“Tergerak hati saya untuk membuat program penanaman cabe nasional, karena di Kota Jayapura belum ada gerakan tersebut. Jadi, kami berinisiatif mengawali langkah melalui gerakan menanam cabai,” kata Ketua Pengurus Wilayah IPMEI Provinsi Papua, Sri Suparni Bahlil, Kota Jayapura, Papua, Sabtu (18/3/2017).
Menurut Sri, alasan mencanangkan hal tersebut karena di dalam organisasi pengusaha banyak ibu-ibu yang dapat melakukan penanaman cabai serta menularkan ke tetangga, bahkan ke kampung tempatnya tinggal. “Kita bisa kembangkan tanaman cabai itu berawal dari pekarangan rumah yang ada, dan selanjutnya ke depan ingin bekerjasama dengan dinas pertanian yang siap melakukan pendampingan di organisasi ini,” tutur Sri, yang juga istri dari Ketua Umum HIPMI Pusat Bahlil Lahadalia.
Sebelumnya, indeks harga komoditi di Papua cukup tinggi, salah-satunya cabai rawit yang kini per kilogram sebesar Rp180-200.000. Dengan adanya hal tersebut, pihak Badan Pusat Statistik (BPS) akan turun ke delapan pasar mewakili Kabupaten dan Kota di Papua. “Harga cabai memang di pasar sudah mahal, kami panen di sini (Keerom) hanya sedikit. Karena memang waktu kami tanam, cabai di kota sedang banyak, begitu saat cabai sedang sedikit, kami juga belum panen-panen. Mungkin 1-2 minggu lagi baru panen,” kata Ponirah, salah-satu petani di Distrik Skanto, Kabupaten Keerom, yang ditemui di waktu berbeda.