Daniel Woda Palle, Pemimpin yang Bersahaja di Dua Era

SABTU, 28 JANUARI 2017

MAUMERE — Berjumpa dengan sosok yang satu ini merupakan sebuah pengalaman berharga. Banyak ilmu yang bisa didapat dari mantan bupati Sikka dua periode sejak tahun 1978 sampai 1988. Prinsip Drs. Daniel Woda Palle, menjadi pejabat merupakan sebuah pengabdian, tugas pelayanan kepada masyarakat. Pada Zaman Orde Baru memegang jabatan kepala daerah, selain berpendidikan cukup, pegawai tersebut juga memiliki pengalaman dan kemampuan.

Mantan bupati Sikka dan penjabat bupati Manggarai, Drs.Daniel Woda Palle.

“Sekarang kepala daerah itu sumber uang, kolusi dan nepotisme padahal untuk menjadi kepala daerah itu orang harus dididik secara khusus, mempunyai pengalaman, memiliki latar belakang dan sebuah bentuk pengabdian,” ujarnya.

Saat ditemui Cendana News, Sabtu (21/1/2017) di rumahnya, pak Dan sapaannya mengatakan, menjadi pemimpin itu sama seperti orang memanjat tebing, harus tahap demi tahap.

“Kalau saat ini berbeda orang bisa langsung ke atas sehingga mudah tergelincir dan terjatuh,” ungkapnya.

Sekarang ini sebut lelaki kelahiran Paga 9 Juli 1939 ini, orang mau menjadi pejabat untuk mengejar harta, kekayaan dan prestise atau sebuah kebanggaan. Selama menjadi pejabat baik bupati, wakil kepala Bappeda NTT hingga ketua DPRD NTT, dirinya tidak berpikir untuk korupsi.

“Saya dicap tidak tahu mencuri oleh teman-teman saya yang ingin menyogok agar bisa mendapatkan sejumlah proyek,” ungkapnya.

Pesan Nenek

Daniel menjalankan semua pekerjaannya dengan penuh dedikasi tak terlintas dalam pikirannya untuk memanfaatkan jabatan untuk memperkaya diri sendiri apalagi keluarga besarnya.

Lihat juga...