Tantangan Dunia Islam: Memadukan Peradaban Spiritual dan Material

Dari perspektif eksternal, Dunia Islam perlu terlibat aktif dalam percakapan global tentang etika teknologi, pembangunan berkelanjutan, dan keadilan ekonomi. Kepemimpinan peradaban tidak berarti dominasi politik, melainkan kemampuan menawarkan visi, nilai, dan praktik yang diakui relevan oleh dunia. Dalam istilah Jürgen Habermas, filsuf Jerman kontemporer, Islam dapat berkontribusi pada “rasionalitas komunikatif” global. Memberi makna dan orientasi nilai bagi sistem modern yang kering secara moral (Theory of Communicative Action).

Tantangan Dunia Islam hari ini bukanlah memilih antara peradaban spiritual atau material. Melainkan menyatukan keduanya dalam satu visi peradaban utuh. Dunia tidak kekurangan teknologi, tetapi kekurangan arah. Islam, dengan warisan nilai dan sejarah peradabannya, memiliki peluang historis mengisi kekosongan tersebut. Bukan melalui nostalgia masa lalu atau retorika moral. Melainkan melalui transformasi nyata yang menjadikan kemajuan material sebagai sarana pengabdian kepada kemanusiaan.

Sebagaimana diringkas Malik Bennabi, peradaban lahir bukan dari kelimpahan benda, tetapi dari sintesis antara manusia, nilai, dan alat. Ketika Dunia Islam mampu membangun sintesis itu kembali, maka kepemimpinan peradaban bukan lagi sekadar harapan, melainkan keniscayaan sejarah.

 

Jakarta, ARS (rohmanfth@gmail.com).