Operasi intelijen asing merupakan hal biasa dalam kotestasi geoolitik. Merupakan realitas historis
Operasi Ajax – Iran (1953). CIA (AS) dan MI6 (Inggris) mendanai demonstrasi dan kerusuhan jalanan. Mossadegh jatuh. Shah Iran kembali berkuasa. Konflik sosial berujung Revolusi Iran 1979.
Operasi PBSUCCESS – Guatemala (1954). Pelaku: CIA (AS). Tujuan menggulingkan pemerintahan yang merugikan perusahaan AS. Presiden Jacobo Árbenz jatuh.
Operasi Kondor – Amerika Selatan (1970–1980-an). Dinas intelijen militer dari Chili, Argentina, Brasil, Uruguay, Paraguay, dengan dukungan AS. Menjaga rezim militer berkuasa.
Operasi CHAOS – Amerika Serikat (1967–1974). Pelaku: CIA. Target: gerakan anti-perang Vietnam, kelompok hak sipil, mahasiswa. Melemahkan perlawanan publik terhadap perang Vietnam.
Operasi Rusia di Ukraina (2014–2022). Pelaku: GRU (militer Rusia) & Internet Research Agency. Target: pemerintah pro-Barat Ukraina dan opini publik internasional. Tujuan: mengacaukan stabilitas Ukraina dan mempersiapkan aneksasi Krimea.
Belajar dari kasus-kasus itu, kombinasi krisis aparat sipil, pelemahan militer, provokasi eksternal adalah resep klasik untuk state failure (gagal negara). Indonesia harus mengantisipasinya.
Skenario Tianamnen bukan pilihan. Akan tetapi “membelenggu TNI” dalam menjaga stabilitas sama artinya mengundang masuknya penjahat ke dalam rumah. Apalagi ketika polisi sedang terpojok.
- ARS – Jakarta (rohmanfth@gmail.com)