Menjadikan inti pesan dalam kedua pagelaran itu mencoraki pola pikir masyarakat. Jika diajarkan dalam materi ilmu politik, bisa banyak SKS. Melebihi orang kuliah dari jenjang S1 s.d S3. Referensi tentang falsafah dan pola-pola jatuh bangun kekuasaan itu menjadi familiar bagi masyarakat Jawa.
Maka tanpa belajar ilmu politik secara spesifik, masyarakat Jawa sudah dibentuk sadar kekuasaan. Melalui kisah jatuh bangunnya berbagai rezim tanah nusantara. Dalam durasi paradaban panjang.
Barangkali prototype orang Jawa seperti Presiden Jokowi bisa dipahami dari sudut pandang seperti itu. Secara sosio kultur dibentuk untuk sadar kekuasaan. Melalui proses dan durasi yang panjang. Oleh Wayang dan Ketoprak.
Jika hipotesa itu benar, output kaderisasi politik modern harus intrespeksi. Referensinya soal kekuasaan memang kurang luas. Dibanding penonton wayang dan ketorprak.
Siapa suka nonton wayang dan ketoprak ?
ARS (rohmanfth@gmail.com), Jaksel, 13-09-2024