Krisis Politik 1998, Kenapa Presiden Soeharto Menyatakan Berhenti?

Oleh: Abdul Rohman

Agenda ini tidak bersahabat bagi kelompok-kelompok kepentingan internasional untuk leluasa mengendalikan atau mengeksploitasi sumber-sumberdaya strategis Indonesia. Selama Presiden Soeharto masih berkuasa dan masih kuat, maka setiap agenda kelompok kepentingan internasional harus berkompromi dengan agenda tinggal landas Indonesia itu.

Kedua, kelompok pragmatis dalam negeri yang berkepentingan memegang kendali atau tidak ingin tersingkir dalam tatanan baru pasca Presiden Soeharto. Kelompok ini termasuk orang-orang yang juga dibesarkan oleh orde baru sendiri. Mereka tidak ingin, Pasca presiden Soeharto, eksistensinya tidak memiliki pijakan dalam perpolitikan bangsa.

Ketiga, eks pendukung dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang berkepentingan rehabilitasi nama baiknya dalam panggung sejarah Indonesia. Tahun 1990-an banyak eks tapol PKI dibebaskan. Masa hukumannya sudah selesai. Maka ruang konsolidasi antar tapol dan simpatisannya semakin terbuka. Untuk memberi tekanan kepada Presiden Soeharto yang memasuki masa senja.

Keempat, kelompok reformis. Berbagai pihak yang ingin pengelolaan negara lebih demokratis dan desentralistis. Mereka menginginkan reformasi sistem politik yang hanya mengijinkan tiga partai. Mereka juga meminta reformasi dwifungsi ABRI. Pola relasi pusat – daerah yang desentralistis juga menjadi salah satu tuntutan kelompok ini. ‘

Kelima, adalah agenda kelangsungan tinggal landas Presiden Soeharto itu sendiri. Suatu agenda agar transisi kepemimpinan nasional pasca Presiden Soeharto tidak mengganggu agenda besar tersebut. Mengingat Presiden Soeharto sudah memasuki masa senja dan sejak tahun 1996 secara terbuka menyampaikan perlunya kepemimpinan baru bagi bangsa Indonesia.

Lihat juga...