Jejawu

CERPEN YUDITEHA

Orang pintar itu mengatakan, seiring bertambahnya usia anak, kelak akan diketahui pemikirannya tidak seperti anak-anak pada umumnya. Penjelasan itu sesungguhnya untuk mengganti pernyataan bahwa anak mereka tidak normal.

Luwika memberi nama anak itu Jejawu. Meski keadaan Jejawu seperti itu tetapi Luwika dan Ingarsih tetap menyayangi sepenuh hati. Dalam pertumbuhan anak itu ternyata benar apa yang dulu dikatakan orang pintar.

Jejawu tidak bisa bicara dengan jelas, dan pemikirannya sangat kurang. Karena keadaan Jejawu seperti itu, oleh Luwika tidak diperkenankan keluar rumah sendirian, di mana waktu itu Desa Sukadana belum menjadi kademangan.

Sampai Senjawa dan Senjawi lahir, bahkan sampai mereka berdua remaja pun, Jejawu tetap jarang keluar rumah. Luwika memperlakukan Jejawu demikian bukan karena menyembunyikannya agar tidak diketahui warga, tetapi agar keselamatan Jejawu tetap terjamin.

Selain itu Luwika tidak ingin Jejawu menjadi biang masalah jika dibiarkan berada di luar rumah. Bukti dari ketulusan Luwika, Jejawu boleh dikunjungi siapa pun yang berkenan berteman dengannya.

Luwika benar-benar memperhatikan Jejawu dengan tetap menjaga perasaannya agar Jejawu tidak merasa seperti dikekang. Jikapun terpaksa Jejawu keluar rumah harus ada yang bertugas mengawasinya.

Meski pengawasan terus dilakukan, terkadang Jejawu memang tetap bisa keluar, dan hal itu tanpa pengawasan. Salah satu peristiwa yang bagi Jejawu mungkin sesuatu yang berkesan ketika dia kenal dengan Wanggi, tokoh pejuang yang disegani saat itu.

Pada suatu hari, saat Jejawu berhasil lolos dari pengawasan, bermain sampai di sebuah hutan. Di hutan itu dia menemukan sebuah sumur yang sangat dalam. Entah kenapa, ketika Jejawu melihat sumur itu langsung berlari menjauh.

Lihat juga...