Petuah Ayah

CERPEN GANDI SUGANDI

Minum beberapa teguk dari botol kemasan yang dibawa. Untuk menghalau galau, sebatang rokok keretek dibakar. Namun embusan-embusan asap dari mulutnya rupanya tak bisa menebas resah — bahkan sampai sebatang rokok itu tuntas. Terbersitlah penyesalan di hati, kenapa tadi malam tidak menuruti saran kedua teman agar jangan ikut pergi ke hutan karena aku orang baru?

Terngianglah kata-kata salah seorang temannya, “Di petak hutan tempat kita akan mencari jamur, sejak dulu berkali-kali ada kejadian orang tersesat. Bahkan ada yang hilang pula, tak jelas rimbanya. Sebaiknya bila pergi bersama ke hutan, pulang pun harus bersama.”

Terngianglah pula kata-kata temannya yang satu lagi, “Bila sedang berada di hutan, jangan ada rasa tinggi hati.”
Sekarang Dani sedang menunggu nasib, apakah akan baik atau buruk. Tiba-tiba ide didapat, mengapa aku sampai lupa tidak berkirim pesan pada kedua teman, memberitahukan keadaan?

Dani pun gegas berkirim mengabarkan posisi, sekarang masih berada di hutan ini, tetapi tepatnya tidak tahu sedang berada di mana. Kemudian setelah menunggu beberapa saat, ada pesan jawaban, salah seorang teman akan mencari, yang seorangnya lagi akan menunggu di bawah pohon asam.

Dani bangkit dari duduk, melangkah lagi mencoba ke arah jalan pulang. Kali ini sengaja menerobos semak belukar di bawah tegakan pohon maesopsis — entahlah sampai seberapa jauh. Kemudian di satu rimbunan ilalang setinggi dada, terdengar suara kerosak-kerosak.

Dani menjadi takut. Apakah itu? Bagaimana kalau ternyata binatang buas? Dani memilih berdiam diri untuk menunggu beberapa saat. Untunglah, suara kerosak-kerosak itu hilang tak terdengar lagi. Dani pun kembali berjalan. Saat dilihatnya jam di hp, oh, sudah satu jam lagi telah berlalu.

Lihat juga...