Sepenggal Kisah Pasca-Muktamar NU di Lampung
OLEH: M. IWAN SATRIAWAN
Maka sesuai dengan tema muktamar yaitu “Kemandiran dalam Berkhidmat untuk Peradaban Dunia”, NU harus menyeimbangkan antara kepentingan politik NU dalam mewarnai kebijakan pemerintah pusat dan daerah dengan peningkatan ekonomi rakyat yang berbanding lurus dengan kemandirian pengurus NU mulai dari tingkat pusat hingga daerah.
Tidak mudah memang mengatur jamaah sebanyak 90 juta jiwa tanpa ada sistem penggajian yang mapan sebagaimana perusahaan. Namun bukankah sesuatu yang sulit jika dikerjakan bersama-sama, bergotong royong akan menjadi ringan sebagaimana pepatah “ringan sama dijinjing, berat sama dipikul”.
Maka diperlukan kerja sama semua stakeholder NU mulai dari tingkat pusat dan daerah untuk mewujudkan kemandirian NU khususnya dalam bidang ekonomi. Harus lebih ditingkatkan dan diseimbangkan kembali antara semangat harakah (gerakan), fikrah (pemikiran) dan amaliah-nya (cara beribadahnya). Karena saat ini lebih banyak fikrah dan amaliyah-nya dibandingkan harakah-nya. Hal ini berakibat NU selalu menjadi komoditas politik baik oleh aktor dari dalam NU sendiri maupun dari luar NU. Sebagaimana dikemukakan oleh Bahrul Ulum dalam bukunya “NU Bodoh Apa Dibodohi” harus segera diakhiri. Dan ini menjadi tugas dari ketua PBNU terpilih yaitu KH Yahya Cholil Staquf. Selamat bekerja Gus, semoga Allah SWT membantu kita semua dalam menjalankan amanah ini. Wallahu a’lam. ***
M. Iwan Satriawan, Dosen FH Unila