Biaya Operasional Membengkak, Pelaku Usaha Tutup Kios di Jalinsum
Editor: Makmun Hidayat
LAMPUNG — Sejumlah titik di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) dikenal sebagai pusat penjualan oleh-oleh. Sejumlah titik tersebut di antaranya Desa Kekiling, Kecamatan Penengahan, Desa Bakauheni, Kecamatan Bakauheni hingga Desa Tarahan, Kecamatan Katibung. Imbas biaya operasional membengkak tanpa ada pemasukan, pelaku usaha memilih menutup kios.
Lestari, salah satu pedagang oleh oleh menyebut kini fokus hanya pada penjualan kebutuhan pokok. Ia mengaku sempat menyewa dua kios untuk menjual makanan, minuman ringan. Namun dampak pandemi dengan adanya pembatasan pelaku perjalanan berimbas pelaku perjalanan melalui Jalinsum berkurang. Jauh sebelum pandemi, tepatnya tiga tahun lalu operasional Jalan Tol Sumatera ikut menurunkan omzet.
Sebagai pelaku usaha kecil menengah, Lestari bilang memilih fokus pada sejumlah barang yang laku terjual. Ia memutuskan untuk berhenti melakukan bisnis konsinyasi atau penitipan barang dari produsen kerupuk kemplang. Barang yang tidak laku terjual diakuinya menjadi penyebab kerugian tidak sebanding biaya operasional. Biaya listrik, sewa tempat, tenaga kerja tidak bisa tertutupi.
“Masa kejayaan pelaku usaha penjualan oleh oleh terakhir lima tahun silam saat jalan tol belum sepenuhnya beroperasi pelaku perjalanan kendaraan masih melintas di Jalinsum, mampir untuk membeli oleh oleh namun kini berkurang ditambah hantaman badai pandemi berimbas penjualan tidak bisa membantu memutar modal,” terang Lestari saat ditemui Cendana News, Selasa (3/8/2021).
Efisiensi pengeluaran, alih-alih sebelumnya memiliki dua kios Lestari pilih mempertahankan satu kios. Kios yang sekaligus menjadi tempat tinggal berada di tepi Jalinsum sehingga bisa dimanfaatkan untuk usaha. Sejumlah pemasok kerupuk kemplang, keripik, oleh oleh jenis buah sirsak, pisang, nangka sementara waktu ditolak. Penjualan yang seret bahkan tidak laku membuat ia tidak bisa menutup biaya operasional.