Budi Daya Labu Kuning, Cadangan Pangan Kala Paceklik

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Ketahanan pangan berbasis kearifan lokal petani pedesaan lestari oleh varian hasil kebun dan pekarangan. Labu kuning jenis bulat dan lonjong jadi salah satu dari beragam produk pertanian sumber cadangan pangan.

Sumari, petani di Desa Kelaten, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan menyebut menanam labu untuk cadangan pangan bernilai ekonomis.

Teknik budidaya labu kuning sebutnya cukup mudah dengan biji atau generatif. Biji labu kuning sebutnya berbentuk pipih yang kerap jadi bahan pembuatan kuaci kering. Agar mendapatkan benih berkualitas, Sumari menyebut kerap mempertahankan lima buah sumber benih.

Buah yang dipilih berukuran besar dan dipanen saat sudah tua lalu dibelah untuk pemilihan biji yang dikeringkan. Biji jadi sumber benih tanpa harus membeli.

Sumari bilang memilih lokasi lahan subur bekas pembuangan sampah. Ia menyebut kearifan lokal pemanfaatan bekas “uwuh” atau sampah yang telah menjadi kompos merupakan warisan leluhur.

Memanfaatkan lokasi pembuangan sampah menjadi cara memaksimalkan tanah subur pemasok nutrisi pada tanaman. Pada kondisi normal, biji yang ditanam bisa berkecambah setelah tiga hari.

“Biji kerap ditaburkan dua buah untuk cadangan, penanaman kerap dilakukan pada sejumlah titik dengan tujuan agar merambat, setelah muncul sulur selama sepekan, dibuatkan ajir rambatan dari bambu dan kayu. Untuk merangsang sulur merambat sehingga bertambah banyak untuk menghasilkan buah,” terang Sumari saat ditemui Cendana News, Senin (12/7/2021).

Pada penanaman di lahan pekarangan, Sumari menyebut memilih rambatan bambu besar. Rambatan bambu besar dibentuk persegi memanjang di tepi pekarangan. Fungsi ganda diperoleh sebagai rambatan sulur labu kuning dan sekaligus sebagai peneduh serta pagar pekarangan.

Lihat juga...