Madi

CERPEN ERWIN SETIA

Tak ada sepeda motor melintas. Tak ada orang-orang berlalu-lalang. Pohon kersen di depan rumah Bu Ros bergoyang pelan dan menjatuhkan sehelai-dua helai daunnya.

Merasa jenuh, Madi bangkit dan ke luar rumah berjalan kaki. Ia terus berjalan tanpa tujuan sampai kemudian ia melihat sebuah rumah besar dan megah di kejauhan.

Rumah itu tampak kontras dengan kebanyakan rumah di sekelilingnya yang kecil dan sederhana saja. Sebuah gagasan liar menyelusup ke dalam kepala Madi. Ia segera berbalik menuju rumahnya dan bersiap menunggu malam tiba.
***
“MALING! Maling!” Satpam berseragam dan bertubuh jangkung itu berteriak-teriak. Meski malam sudah kelewat larut, suaranya yang menggelegar membuat seisi rumah dan sejumlah tetangga terbangun.

Lelaki berpenutup kepala hitam itu berlari cepat sambil mengempit sebuah laptop. Di belakangnya, belasan orang mengejar-ngejar sambil meneriakkan makian dan seruan yang membuat orang-orang lain yang masih lelap ikut terbangun.

Lelaki itu menoleh ke belakang dan ketakutan menebal di dadanya. Rasa takut itu membuatnya berlari semakin cepat seperti seorang atlet. Malam begitu dingin dan rumahnya terasa begitu jauh.

Pada akhirnya, ia tiba di gang rumahnya. Namun, persis saat ia hendak berbelok ke arah rumahnya, kakinya tersandung balok kayu dan ia pun terjatuh.

Tanpa perlu waktu lama, orang-orang yang mengejarnya berhasil menyusulnya. Mereka meringkus lelaki itu. Mereka menghajarnya.

Mereka memukul, menendang, dan memaki-maki lelaki itu. Meski malam begitu gelap, samar-samar lelaki itu sempat melihat wajah-wajah tetangganya turut serta menghajarnya.

Ia takjub melihat kehadiran mereka. Ia takjub dan bertanya-tanya, ke mana saja mereka selama ini. Orang-orang yang dilanda amarah itu tak juga berhenti mengempaskan pukulan dan sepakan kepada lelaki itu.

Lihat juga...