Cerita Seekor Babi
CERPEN AFRI MELDAM

AKU terbangun sebagai seekor babi, dan hal pertama yang melintas di benakku adalah berlari sekencang mungkin ke seberang sungai, lalu berbalik dan menyeruduk laki-laki itu sampai mampus!
“Babi keparat!” Laki-laki itu memuntahkan serapah begitu darah segar menyembur dari rongga perut bergelambirnya, membasahi daun-daun pakis yang tumbuh di tepian sungai.
Sebelum nyawanya benar-benar hilang, ia masih saja mengeluarkan sumpah serapah sembari memandangku dengan sorot mata penuh kebencian.
Orang-orang yang semula diam terpaku menyaksikan kejadian itu, seperti ada yang memerintah, lalu bergerak serempak, berlari ke arahku. Tentu saja mereka ingin menangkapku!
Aku segera menghambur ke dalam rimbunan semak rasam ke arah air terjun, mendarat tepat di atas sebatang kayu landai, lalu segera melompat ke bebatuan di bawah sana. Sakit bukan main, tapi naluriku hanya memerintahkan satu hal: berlari sekencang mungkin dari orang-orang itu.
***
SEEKOR babi betina bunting terjun ke dalam sungai. Anjing-anjing yang dari tadi mengejarnya kini semakin dekat. Teriakan para pemburu terdengar bersahut-sahutan.
Terperosok ke dalam lumpur di pinggiran sungai, babi itu jelas tak bisa lagi menghindar. Terengah-engah, ia mencoba memutar badannya yang gendut, berharap dengan demikian bisa keluar dari sana.
Namun anjing-anjing pemburu sudah kadung mengepungnya. Dalam hitungan menit, tubuhnya akan dicabik-cabik taring tajam pemangsa bertuan itu.
Para pemburu bersorak melihat babi buruan mereka takluk. Anjing-anjing yang kelaparan tampak gaduh, memperebutkan daging penuh lemak babi hutan yang kelelahan itu.