Alternatif Pertanian Hijau dengan Minyak Atsiri

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

“Dalam mengaplikasikan minyak atsiri pada tanaman buah tropika ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Yaitu interval aplikasi relatif pendek yang hanya enam hari, memerlukan bahan perata untuk melarutkan minyak dalam air dan penyemprotan harus dilakukan secara merata pada pagi atau sore hari,” kata Mizu lebih lanjut.

Dan yang paling penting adalah memperhatikan dosis yang digunakan. Karena jika dosis yang digunakan melebihi ketahanan tanaman maka akan menimbulkan toksisitas yang terlihat pada tanaman sebagai gosong.

“Pada tanaman berdaun keras seperti mangga, manggis, sirsak atau alpukat, dosisnya bisa mencapai 2-3 cc per liter. Tapi untuk tanaman berdaun tipis, seperti melon atau sayuran, harus dicoba dulu dengan dosis 1 cc per liter,” urainya.

Beberapa percobaan lapangan sudah dilakukan dengan menggunakan minyak atsiri. Baik dari cengkeh maupun sereh wangi.

“Misalnya, antraknose pada mangga yang menyebabkan bunga rontok sehingga gagal buah. Dengan menggunakan sereh wangi pada dosis 2 cc per liter yang disemprotkan secara berseling dengan klorotalonil atau propineb dalam interval selang seminggu, menunjukkan perbaikan kondisi bunga,” papar Mizu.

Atau pada kasus stem end rot (busuk buah) pada mangga yang disebabkan jamur, menunjukkan buah yang mendapatkan aplikasi minyak atsiri memiliki jumlah buah yang berbintik lebih sedikit dibandingkan dengan buah yang mendapatkan aplikasi pestisida sintetik.

“Atau pada kasus pohon pisang barangan yang terserang layu filarium, setelah mendapatkan aplikasi minyak atsiri berbasis cengkeh dengan dosis 2 cc per liter sebanyak satu kali, mampu bertahan tumbuh hingga satu tahun. Jika dilakukan beberapa aplikasi maka pohon pisang barangan akan bisa tetap hidup,” paparnya lebih lanjut.

Lihat juga...