Ngluruk Tanpo Bolo 1 Oktober 1965 (Bagian 1)

OLEH: NOOR JOHAN NUH

Persuasi dengan pasukan Gerakan 30 September yang dilakukan oleh mantan komandan batalyon masing-masing yaitu Brigjen Sabirin Mochtar dan Letkol Ali Murtopo mulai membuahkan hasil dengan Batalyon 530 melaporkan diri ke Kostrad, sedangkan Batalyon 454 pada pukul 18.00 meninggalkan sekitar lapangan Monas menuju Halim. Akan tetapi pada pukul 20.00, dua kompi dari Batalyon 454 dapat memisahkan diri dan bergabung ke Kostrad.

Siaran terakhir dari Gerakan 30 September melalui RRI terjadi pada jam dua siang yaitu mengulang perintah ketua Gerakan Letkol Untung bahwa pangkat yang tertinggi Letnan Kolonel. Sejak pagi masyarakat Indonesia telah mendengar pengumuman dari gerakan pemberontak ini, maka menjelang magrib Mayor Jenderal Soeharto memerintahkan pasukan RPKAD yang sudah bersiap di Kostrad untuk merebut RRI, dan menyiarkan pidato Pak Harto yang sudan direkam sebelumnya.

Sejak dari pagi hari tanggal 1 Oktober 1965, Gerakan 30 September  menguasai RRI dan mengumumkan tentang gerakan ini yakni mengamankan jenderal Angkatan Darat yang mereka sebut sebagai anggota Dewan Jenderal. Mendemisioner Kabinet Dwikora berarti membubarkan kabinet yang dipimpin Presiden Soekarno. Dan Dewan Revolusi bentukan Gerakan 30 September sebagai sumber segala hukum. Terang benderang bahwa gerakan Untung ini adalah kudeta dan rakyat Indonesia telah sama-sama mendengarkan maksud dan tujuan dari Gerakan 30 September. Setelah masyarakat tahu tentang kudeta ini,  Mayor Jenderal Soeharto melalui RRI pada pukul 19.00, membantah sekaligus melawan gerakan ini.

Pidato Pak Harto 1 Oktober Malam

“Para pendengar sekalian di seluruh tanah air, dari Sabang sampai Merauke. Sebagaimana telah diumumkan, maka pada tanggal 1 Oktober 1965 yang baru lalu telah terjadi di Jakarta suatu pertistiwa yang dilakukan oleh suatu gerakan kontra revolusioner, yang menamakan dirinya Gerakan 30 September.

Lihat juga...