Pompanisasi Pilihan Alternatif Jaga Pasokan Air Sawah

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Kendala pasokan air bagi lahan pertanian kerap dialami oleh petani di Lampung Selatan (Lamsel) kala musim tanam kemarau atau gadu. Sejumlah petani penanam padi, hortikultura memilih menggunakan sistem pompanisasi untuk alternatif mendapat air. Sebagian memilih membuat sumur bor dengan modal yang lebih besar.

Hasan, petani di Dusun Buring, Desa Sukabaru, Kecamatan Penengahan menyebut, mesin pompa dipakai karena lebih efektif. Harga satu unit mesin pompa seharga Rp1,8 juta hingga Rp2 juta jadi pilihan. Memiliki mesin pompa menurutnya jadi investasi jangka panjang karena ia bisa mengairi lahan sawah kala kemarau.

Potensi sumber air dari sungai Way Pisang yang berada di bawah posisi lahan sawah membuat mesin pompa jadi alternatif paling tepat. Sebagian petani yang berada di dekat aliran sungai dengan lahan lebih rendah berpotensi membuat bendungan.

Namun sebagian petani di Desa Sukabaru memiliki lahan sawah lebih tinggi sehingga sulit membuat saluran irigasi permanen.

“Modal awal membeli fasilitas mesin pompa jadi pilihan karena lebih fleksibel bisa dipindah saat diperlukan terlebih kami tidak memiliki modal untuk membuat sumur bor yang modalnya bisa mencapai belasan juta,” terang Hasan saat ditemui Cendana News, Senin (10/8/2020).

Penggunaan air memakai mesin pompa dilakukan sesuai kebutuhan. Dalam satu siklus musim tanam gadu ia memilih menggunakan mesin pompa sejak awal masa pengolahan lahan. Sistem dadakan pengolahan lahan memakai traktor dilakukan agar lebih efektif. Sebab ketika air dialirkan lahan langsung bisa ditanami dalam jangka dua hari dengan syarat benih siap tanam.

Lihat juga...