Jika hal itu terjadi, maka Ma’ruf Amin seperti ketiban durian runtuh —menjadi presiden menggantikan Jokowi, atau sebaliknya, kejatuhan kulit durian yang penuh duri— menjadi presiden dalam situasi berbagai indikator ketatanegaraan dalam keadaan buruk, sangat mungkin ia hanya memanen kecaman dan hujatan karena akan sangat sulit memperbaiki berbagai indikator itu.
Syarat lainnya, mampukah mengorganisir partai-partai di DPR untuk mendukungnya? Dapatkah merajut kembali bendera kebangsaan yang compang-camping akibat keterbelahan politik yang ekstrem di masyarakat dan seperti terpelihara ini?
Sanggupkah membawa bangsa ini keluar dari krisis kesehatan, ekonomi, bahkan sangat mungkin merambah ke krisis sosial?
Diambang multi krisis, apakah Jokowi atau Ma’ruf Amin atau malah keduanya? Wallahu a’lam bish-shawab. ***
Noor Johan Nuh, penulis buku dan bergiat di forum Yayasan Kajian Citra Bangsa (YKCB) Jakarta