Anti-Rugi Ini Cara Pedagang Hewan Kurban Mengatasi
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Selisih harga tersebut akan masuk ke kantongnya sebagai pedagang ternak. Ia pun masih tetap akan mendapat komisi meski hanya sebesar Rp75.000 hingga Rp200.000. Bantuan menjualkan hewan ternak memberi keuntungan bagi peternak karena akan lebih cepat terjual. Jika hewan tidak terjual masih bisa dikembalikan untuk dipelihara kembali.
“Kami kerap disebut belantik pantang mengenal rugi karena saat membeli hewan juga bisa mengecek atau menghitung bobot daging sehingga nilai beli dan jual bisa dikalkukasi,” paparnya.
Berhasil menjual sebanyak 39 ekor kambing rata rata seharga Rp1,8 juta saja ia beromzet Rp70,2 juta. Omzet tersebut digunakan untuk membayar pencari pakan, pemelihara hewan selama dipajang dan biaya operasional lain. Keuntungan bersih dalam satu siklus berjualan hewan kurban di luar modal bisa mencapai lebih dari Rp10 juta.
Sutikno, belantik ternak asal Pringsewu menyebut menjual kambing dan sapi untuk usaha kuliner. Ia menyebut menjual hewan kurban hanya jadi selingan. Sebab penjualan utama ternak dilakukan olehnya untuk memasok pemilik usaha sate, sop di wilayah Banten. Ia bisa memasok sekitar 20 ekor setiap pekan yang dibeli dari peternak.
“Prinsip bisnis jual beli ternak tentunya petani sebagai peternak untung, kami sebagai belantik untung dan pembeli untuk kuliner bisa untung,” cetusnya.
Saat kebutuhan hewan kurban ia membawa sebanyak 50 ekor kambing etawa. Semua kambing pejantan tersebut pesanan pedagang musiman di Serang, Banten.
Bagi sejumlah pedagang hewan kurban umumnya dijual sesuai dengan bobot dan usia. Namun saat tidak terjual hewan kurban tetap akan dijual ke pemilik usaha kuliner melalui rumah potong hewan sehingga tetap memberi keuntungan.