Perginya Penyanyi Patah Hati dengan Amalnya

Catatan Ringan T. Taufiqulhadi

T. Taufiqulhadi (CDN/Istimewa)

Dalam  proses produksi lagu-lagunya, ia bertemu dengan sejumlah orang seperti  Pompi Suradimansyah dan Arie Wibowo. Pompi adalah anak band dan pernah bergabung dengan sejumlah  band besar di Jakarta. Dalam proses rekaman di Musica Studio, Pompi membantu Didi dari sisi aransemen. Sedangkan Arie, yang terkenal dengan lagu “Aku Anak Singkong,” memberi semangat untuk terus berkreasi. Beberapa lagu  awal Didi, sangat dipengaruhi warna musik Arie Wibowo. Misalnya lagu Sir Siran.

Dugaan banyak pengamat, pertemuan dengan kedua orang itu, bukan Manthous,  yang berpengaruh besar terhadap genre campursari Didi Kempot. Sebelum Didi, Manthous berjasa besar membawa campursari masuk ke dunia industri. Hanya artis penyanyi campursari  dari Gunungkidul ini masih kuat pakem campursarinya. Manthous  masih menggunakan alat musik tradisionalnya seperti gamelan yang ditambah alat musik modern, seperti kibor. Karya-karya Manthous dianggap masih sepenuhnya keroncong (langgam), yang, misalnya, belum jauh dari langgam Waljinah.

Sebaliknya, Didi yang dekat dengan gitarnya ketika jadi pengamen, maka gitar menjadi media ekspreasinya yang paling dekat dengannya. Maka ketika semakin mapan, ia memasukkan gitar, kibor, tabla dan suling untuk memberi warna pada musiknya. Dimasukkan tabla dan suling (terakhir diganti dengan viole), membuat lagu-lagu Didi kental dengan warna dangdut. Orang menyebutnya Congdut, keroncong dangdut.

Seharusnya,  dalam campursari (crossover) alat musik dasar adalah gamelan Jawa yang ditambah unsur-unsur alat musik modern. Itulah yang dilakukan oleh Manthous, yang menambah kibor. Hukum campursari, apa pun dan sebanyak mana pun alat musik modern itu dimasukkan, semuanya tetap menundukkan diri  kepada gamelan.

Lihat juga...