Kisah Kasijem Pedagang Jamu Gendong di TMII
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Saat kontes itu, Kasijem mengaku pernah beberapa kali meraih juara. Hingga tahun 2018, Festival Jamu Gendong masih digelar. Tapi mulai tahun 2019, tidak lagi. Dia berharap festival ini ke depan akan diadakan untuk meningkatkan potensi para pedagang jamu gendong di Jakarta.
Namun demikian, kata dia, hingga kini pedagang jamu gendong TMII masih mendapat pembinaan dari PT Sari Ayu. “Alhamdulillah pembinaan terus berjalan setiap tiga bulan sekali,” ujarnya.
Meskipun Ibu Tien Soeharto dan Pak Harto sudah tidak ada lagi, Kasijem berharap mereka masih tetap diizinkan untuk berjualan jamu di TMII.
Karena menurutnya, pernah ada isu pedagang jamu gendong mau disingkirkan tidak boleh jualan lagi di kawasan TMII. Mendengar kabar itu, Kasijem langsung bertanya ke manajemen TMII, tentang kebenaran atau tidak berita tersebut.
“Waktu dengar mau disingkirkan perasaan sedih dan saya langsung ke kantor tanya masalahnya apa. Tapi alhamdulillah nggak jadi digeser kita tetap boleh jualan jamu di TMII,” ujarnya.
Semua itu kata Kasijem berkat Mbak Tutut Soeharto (Siti Hardiyanti Rukmana), putri sulung Pak Harto dan Ibu Tien Soeharto yang berhati mulia.
Apalagi Ibu Tien Soeharto pernah berpesan jamu tradisional harus dilestarikan. “Dulu pernah jamu mau digeser, tapi Mbak Tutut nggak bolehin. Itu kan ide ibu katanya gitu. Jamu nggak boleh diganggu gugat. Jadi nggak ada yang berani, dan kita sangat bersyukur masih boleh jualan jamu di sini,” ucap Kasijem.
Kasijem mengaku saat pemerintahan Pak Harto, berjualan jamu sehari bisa tiga kali dalam memasarkan jamu. Ini dikarenakan pengunjung TMII, saat itu sangat banyak sekali. Bahkan Wakil Presiden Try Sutrisno juga menjadi pelanggannya.